WE ARE SHARE WHO WE ARE KNOW

PERUNDINGAN SHANGHAI (KEGAGALAN BELANDA MRNGHINDARI RUNTUHNYA HINDIA-BELANDA)

Share on :

Thanks to:Byoma G.
Ketika ancaman Jepang atas Asia-Pasifik semakin nyata, pihak Belanda sebagai salah satu negara kolonialis di Asia Pasifik berusaha memikirkan berbagai macam cara untuk menghindari ancaman Jepang tersebut. Bagaimanapun juga pihak Belanda berusaha sedapat mungkin menghindari peperangan terbuka dengan Jepang selain untuk menghindari keruntuhan wilayah jajahannya di Hindia Belanda, juga karena Belanda sendiri pada tahun 1940 sudah dikuasai oleh Jerman dalam serangkaian operasi Blitzkrieg yang menganggumkan ke Eropa Barat. Dalam suasana kepanikan akibat ancaman Jepang yang semakin nyata, terlintas suatu ide untuk memanfaatkan Jerman sebagai sekutu Jepang sebagai pihak yang mampu menghalangi ancaman Jepang terhadap Hindia Belanda tersebut. Ide tersebut muncul terutama setelah sebelumnya pada Desember 1940, pihak Jerman mengirimkan bekas Panglima KNIL "Letjend Boestra dan bekas ketua sindikat gula Hindia "Mr.Joengjan" ke Hindia Belanda untuk membicarakan masalah pertukaran tawanan antara pemerintah Jerman dan Hindia Belanda. Namun ada sumber lain yang menyebutkan bahwa delegasi tersebut dikirim untuk melakukan sebuah perundingan dengan Hindia Belanda yang hendak dimanfaatkan Hindia Belanda untuk melakukan sebuah perdamaian terpisah dengan Jerman.

Melakukan perdamaian terpisah dengan Jerman memang akan terkesan seperti Belanda mengkhianati pihak Sekutu, namun bagaimanapun juga Belanda membutuhkan Jerman untuk meredam ancaman Jepang terhadap Asia Pasifik yang semakin nyata, apalagi sejak Jepang resmi bergabung dalam Pakta Axis di tahun 1940. Untuk memenangkan suaranya dalam perundingan tersebut, Belanda mencoba membujuk Jerman dengan Suber daya Alam Hindia Belanda yang sangat melimpah. Kekayaan Hindia Belanda ini dijanjikan akan dibagi pula dengan pihak Jerman apabila Jerman bersedia berdamai dengan Belanda. Perhitungan Belanda, Jerman pastilah tidak menolak kesempatan tersebut sebab bagaimanapun juga peperangan dan industrialisasi membuat Jerman membutuhkan begitu banyak Sumber Daya Alam untuk kebutuhan negaranya. Pihak Belanda juga berusaha membujuk Jerman melalui surat kabar. Akibat dari hal tersebut beberapa golongan ekonomis di Jerman berusaha mendesak Der Fuhrer Adolf Hitler agar beliau mau menjamin Hindia belanda dalam pengaruh Jerman serta menahan keinginan Jepang untuk memperluas pengaruhnya ke Asia Pasifik. Salah satu tokoh yang berusaha membujuk Der Fuhrer Adolf Hitler adalah Marsekal Luftwaffe Herman Goering. Orang yang memiliki kedudukan tinggi dalam hiearki pemerintahan Reich Ketiga tersebut berusaha mendesak Fuhrernya dengan memberi gambaran betapa kekayaan alam Hindia Belanda akan sangat dibutuhkan bagi Jerman baik dalam masa perang maupun masa damai sehingga sedapat mungkin Jerman harus mendukung pemerintah Hindia Belanda dan menahan sikap agresif Jepang terhadap kawasan Asia khususnya Hindia Belanda.

Pada akhirnya meski Fuhrer belum memberikan sebuah pernyataan setuju apakah Jerman akan mendukung Hindia Belanda atau sekutunya Jepang, pihak Jerman dan Belanda melakukan sebuah pertemuan di Shanghai-Cina pada Januari 1941. Pihak Jerman menggunakan Boestra dan Jongejan sebagai delegasi mewakili pemerintah Jerman sementara pihak Hindia Belanda mengirimkan Dr. P.J.A. Idenburg. Namun perundingan Shanghai tidak menghasilkan keputusan yang berarti bahkan bisa dinilai gagal. Tidak ada kesepakatan umum yang dicapai dari hasil pertemuan tersebut, bahkan rencana perundingan tersebut bocor ke pihak Inggris yang menyebabkan Inggris menegur Belanda sebagai pihak yang patah semangat karena bersedia berkompromi dengan musuh. Bagi Jerman sendiri perundingan Shanghai sebenarnya tidak memberikan kerugian yang berarti. Kegagalan perundingan kemudian melahirkan keputusan resmi bahwa Jerman akan mendukung usaha Jepang untuk membentuk "Lingkungan Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya" dimana Asia menjadi pengaruh Jepang dan Jerman berkonsentrasi untuk melebarkan pengaruhnya di daratan Eropa saja. Meski demikian tidak ada ruginya bagi Jerman untuk mendukung upaya sekutunya Jepang sebab setelah Hindia Belanda dikuasai Jepang, pihak Jepang melalui perjanjian kerjasama tetap mengirimkan bantuan berupa SDA dari Asia untuk kebutuhan perang Axis Eropa sementara Jerman memberikan pengetahuan tentang teknologi militer kepada pihak Jepang, Perjanjian tersebut (Jerman-Jepang) terasa jauh lebih menguntungkan dibandingkan dengan perjanjian yang dapat dicapai dengan Belanda yang sifatnya hanya sementara. Bagi Belanda kegagalan perundingan di Shanghai membuat Belanda harus bersiap untuk menghadapi serangan Jepang yang pasti akan terjadi. Kegagalan Belanda untuk meraih simpati Jerman pada akhirnya justru dimanfaatkan Jepang untuk menghancurkan kekuatan Sekutu di Asia dengan dukungan penuh dari pihak Jerman yang mengakhiri abad Kolonialisme yang telah berlangsung selama berabad-abad lamanya

SOUCE:
https://www.facebook.com/das.bumorix

0 komentar on PERUNDINGAN SHANGHAI (KEGAGALAN BELANDA MRNGHINDARI RUNTUHNYA HINDIA-BELANDA) :

About

mein_liebe.inc. Diberdayakan oleh Blogger.

Search

Translate