PROPAGANDA KOMPANIE

WE ARE SHARE WHO WE ARE KNOW

Misteri Hilangnya Halim Perdana Kusuma di Hutan Malaysia



Royal Canadian Air Force dan Royal Air Force pernah mencatat nama seorang pemuda Indonesia sebagai anggotanya. Dengan pangkat Wing Commander, pemuda tersebut telah melakukan tugas-tugas navigasi dan tempur selama Perang Dunia II di Eropa dan Asia. Tidak kurang dari 44 kali ia melakukan tugas penerbangan (flight mission) dengan menggunakan pesawat Lancaster atau Liberator.
Di Eropa sasarannya adalah daerah Prancis dan Jerman, sedangkan pangkalan operasinya terletak di Inggris. Di Asia sasarannya adalah daerah Asia Tenggara termasuk Indonesia, sedangkan pangkalan operasinya terletak di Colombo (Srilangka). Pemuda itu bernama Halim Perdanakusuma.
Ia dilahirkan pada tanggal 18 November 1922 di Sampang Madura. Ayahnya, Haji Abdul Gani Wongsotaruno adalah Patih Sumenep. Ketika revolusi kemerdekaan, Halim ikut membangun Angkatan Udara Republik Indonesia. Dalam usaha mencari bantuan ke luar negeri Halim bersama Opsir Udara I Iswahjudi pergi ke Bangkok pada bulan Desember 1947.
Ia bertolak ke Bangkok dengan menggunakan pesawat Avro Anson VH-BBY (RI-003) dengan penerbang Iswahjudi dan seorang penumpang bernama Keegan berkebangsaan Australia yang telah menjual pesawat tersebut.
Selain mengantarkan Keegan pulang, misinya adalah untuk melakukan penjajakan lebih jauh tentang kemungkinan pembelian senjata dan pesawat dan kemudian memasukan barang Singapura ke daerah RI menembus blokade Belanda.
Sesudah menyelesaikan tugas di Bangkok, RI-003 kembali berangkat menuju Singapura. Dalam perjalanan kembali inilah tiba-tiba di daerah Perak-Malaysia pesawat tersebut terjebak dalam cuaca buruk. Pesawat jatuh di Pantai Tanjung Hantu Perak-Malaysia.
Laporan pertama tentang kecelakaan diterima oleh polisi Lumut dari dua warga Cina penebang kayu bernama Wong Fatt dan Wong Kwang pada sekitar pukul 16.30 WIB pada 14 Desember 1947.
Seorang petugas kepolisian berbangsa Inggris bernama Burras segera pergi ke tempat musibah. Baru pada pukul 18.00 ia tiba dilokasi kejadian. Ia tidak menemukan sesuatu, air sedang pasang naik.
Baru pada keesokan harinya Kepala Polisi Lumut bernama Che Wan dan seorang anggota polisi Inggris bernama Samson berangkat ke tempat kecelakaan dan tiba di tempat pukul 09.00 WIB.
Kepada dia, kemudian dilaporkan tentang ditemukannya sesosok jenazah yang mengapung beberapa ratus yard dari lokasi reruntuhan pesawat, yang oleh para nelayan setempat dibawa ke darat.
Jenazah kemudian dibawa ke Rumah Sakit Lumut untuk dilakukan pemeriksaan. Berdasarkan bukti yang ada dapat dipastikan bahwa jenazah ini adalah jenazah Halim Perdanakusuma. Sedangkan nasib Iswahjudi hingga sekarang tidak ditemukan jenazahnya.
Berita tentang kecelakaan pesawat RI-003 ini segera tersiar luas, di antaranya dimuat dalam surat-surat kabar berbahasa Inggris seperti The Times dan Malay Tribune terbitan tanggal 16 Desember 1947.
Kabar terakhir dari website TNI AU, tanggal 26 agustus 2003, seorang pencari kayu menemukan sebuah bangkai pesawat di belantara Sumatera tepatnya di Kecamatan Kerumutan, Kabupaten Pelalawan, Riau.
Setelah mendapat laporan Polsek Kuala Kampar, tim Pangkalan TNI AU Pekanbaru yang dipimpin Letkol Pnb Gandhara Olivenca melakukan pelacakan ke lokasi.
Posisi pesawat tertancap di rawa-rawa sedalam satu meter. TNI AU menduga pesawat yang ditemukan berjenis Avro Anson dipersenjatai SMR kaliber 7,62 mm. Di sayap belakang masih terlihat bendera merah putih.
Diduga bahwa kerangka pesawat yang ditemukan di Hutan Kerumutan itu merupakan pesawat Avro Anson yang dipiloti Halim Perdana Kusuma. (ren)
Sumber: Vivanews

SILUMAN CIBADUYUT


PADA usia 68 tahun, bukan Cuma perawakannya yang masih tampak bugar dan kekar, ingatan Tatang Koswara pun masih jernih. Dengan penuh ekspresi, kakek tujuh cucu itu mengisahkan pengalamannya bertempur di Timor Timur pada 1977-1978. Remexio, Lautem, Viqueque, Aileu, Becilau, dan Bobonaro adalah daerah operasinya di bawah komando Letnan Kolonel Edi Sudrajat.
“Saya waktu itu menjadi pengawal Pak Edi, sekaligus ditugasi sebagai sniper,” kata Tatang saat ditemui majalah detik di kediamannya di lingkungan Kompleks TNI Angkatan Laut, Cibaduyut, Bandung, Selasa (3/2).

Meski di Tanah Air tak banyak yang mengenalnya, di dunia militer internasional reputasi Tatang sebagai sniper justru diakui. Dalam buku Sniper Training, Techniques and Weapons karya Peter Brookesmith, yang terbit pada 2000, nama Tatang berada di urutan ke-14 sniper hebat dunia. Di situ disebutkan, dalam tugasnya, Tatang berhasil melumpuhkan 41 target orang Fretilin.
“Itu sebetulnya cuma dalam satu misi operasi. Saya pernah tiga kali menjalankan misi, termasuk seorang diri,” ujar pemilik sandi S-3 alias Siluman 3 ini. Kata “siluman” dimaksudkan karena misi yang diembannya bersifat sangat rahasia, sementara angka 3 merujuk pada peringkat yang didapatnya saat mengikuti pendidikan sniperdari Kapten Conway, anggota Green Berets Amerika Serikat, pada 1973. Menurut Tatang, setiap kali menjalankan misi, ia biasanya dibekali 50 butir peluru. Dari jumlah itu, cuma satu yang boleh tersisa untuk digunakan pada dirinya sendiri bila dalam kondisi terjepit.
Tatang masuk tentara melalui jalur tamtama di Banten pada 1966. Kala itu sebetulnya dia cuma mengantar sang adik, Dadang, yang ingin menjadi tentara. Tapi, karena saat di lokasi pendaftaran banyak yang menyarankan agar dirinya ikut, ia pun mendaftar. Saat tes, ternyata cuma dia yang lulus. Meski punya ijazah Sekolah Teknik (setara dengan SMP), Tatang melamar sebagai prajurit tamtama menggunakan ijazah Sekolah Rakyat atau setara dengan SD. Selang beberapa tahun, ia mengikuti penyesuaian pangkat sesuai dengan ijazah yang dimilikinya.

Sebagai bintara, ia ditempatkan di Pusat Kesenjataan Infanteri. Di sana pula ia mendapatkan berbagai pelatihan, mulai kualifikasi raider hingga sniper. Seorang sniper, kata Tatang, harus berani berada di wilayah musuh. Fungsinya antara lain mengacaukan sekaligus melemahkan semangat tempur musuh. Selain sniper musuh, target utamanya adalah komandan, pembawa senapan mesin, dan pembawa peralatan komunikasi.

“Saya biasa membidik kepala. Cuma sekali saya menembak bagian jantung, dia pembawa alat komunikasi. Sekali tembak, alat komunikasi rusak, orangnya pun langsung ambruk,” kata Tatang, yang biasa menggunakan senjata laras panjang Winchester M-70 selama bertugas. Senjata ini mampu membidik sasaran hingga jarak 900-1.000 meter.
Kemahiran Tatang menembak secara alami terlatih sejak remaja. Setiap Jumat, ia biasa membantu orang tuanya berburu bagong (babi hutan), yang kerap merusak lahan pertanian dan perkebunan. Bidikannya lewat senapan locok nyaris tak pernah meleset. Berbeda dengan warga lain, yang biasa bergerombol saat memburu babi, Tatang lebih suka menyendiri. Ia juga sengaja mengejar babi yang lari ke hutan. “Sasaran bergerak lebih menantang saya. Itu terbawa saat memburu Fretilin di Timtim,” ujarnya.
Ada satu trik unik yang dilakukan Tatang untuk mengelabui pasukan patroli musuh. Dia membuat sepatu khusus dengan alas dalam posisi terbalik sehingga jejak yang ditinggalkan menjadi berbalik arah. “Cibaduyut kan dikenal sebagai pabrik sepatu, saya juga mampu membuat sendiri,” ujarnya.

Tentu misi yang diembannya tak selalu berjalan mulus. Suatu kali ia pernah terjebak dan terkepung banyak personel Fretilin. Dua peluru pantulan pernah bersarang di betis kanannya. “Sambil bersembunyi di kegelapan, saya congkel sendiri kedua peluru itu dengan gunting kuku,” ujar Tatang seraya memperlihatkan bekas luka di kakinya.

Selepas pensiun dari ketentaraan pada 1994 dengan pangkat terakhir pembantu letnan satu, Tatang dan Tati Hayati, yang dinikahi pada 1968, tinggal di sebuah rumah sederhana di Cibaduyut. Di ruang tamu berjejer sejumlah medali, sertifikat, dan brevet tanda pendidikan yang diikutinya.
Untuk menyambung hidup, selain mengandalkan pensiunan yang tak seberapa, ia membuka warung makan di lingkungan Komando Pembina Doktrin, Pendidikan, dan Latihan TNI AD. Juga sesekali memberi latihan tembak kepada para prajurit di kesatuan-kesatuan elite Angkatan Darat maupun Angkatan Udara.
“Tahun lalu saya dua bulan melatih 60-an calon sniper Kopassus. Juga ada permintaan dari Komandan Paskhas di Soreang untuk melatih,”kata Tatang.

Setahun sebelum pensiun, ia pernah memamerkan kemahirannya sebagai sniper dengan menembak pita balon di atas kepala Jenderal Wismoyo Arismunandar. “Waktu itu saya diminta memutus pita dengan peluru yang melintas di atas kepala KSAD (Kepala Staf Angkatan Darat). Pak Wismoyo tak marah, malah memberi saya uang, ha-ha-ha….,” ujar Tatang.

Mantan Inspektur Jenderal Mabes TNI Letnan Jenderal (Purnawirawan) Geerhan Lantara mengakui reputasi Tatang sebagai pelatih sniper. “Pak Tatang adalah salah satu pelatih menembak runduk terbaik yang dimiliki Indonesia. Mungkin saya salah satu muridnya yang terbaik, he-he-he…,” ujarnya.

Sedangkan Kolonel (Purnawirawan) Peter Hermanus, 74 tahun, mantan ahli senjata di Pindad, menyebut Tatang sebagai prajurit yang lurus. Dia mengingatkan agar bekas anak buahnya itu tetap mensyukuri kondisi yang ada sekarang. “Dia hidup sederhana karena tidak pandai korupsi, tapi itu lebih baik ketimbang punya rekening gendut, haha-ha…,” ujar Peter melalui telepon.
SOURCE:
https://www.facebook.com/lembagakeris?fref=photo

Kopassus kalahkan pasukan komando Korea Selatan di medan bersalju


."Pasukan Komando Korea Selatan ©REUTERS/Kim Hong-Ji"
*SEOUL:
- *Latihan pasukan komando Korea Selatan mengundang decak kagum dunia. Pasukan ini berlatih di dalam sungai es yang membeku. Pasukan Batalyon 707 tersebut juga melakukan latihan serangan di tengah cuaca buruk dan hawa dingin yang sangat menusuk.

Komando Pasukan Khusus (Kopassus
) TNI AD rupanya rutin melakukan latihan dengan pasukan khusus Korea Selatan. Biasanya mereka berlatih bersama di Training Site 47-Kwangju. Sebuah area latihan untuk latihan antiteror dengan fasilitas sangat lengkap. Di sini ada sebuah *pesawat* Boeing 747, kereta api, bus, gedung perkantoran dan bank. Semuanya untuk latihan pembebasan sandera dan pertempuran jarak dekat.

TNI merasa perlu mengirimkan prajurit Kopassus berlatih di Korea Selatan. Meski jagoan perang hutan dan berasal dari daerah tropis, pasukan elite ini juga harus mampu bertempur di daerah bersalju dan wilayah ekstrem lainnya.

Pada awalnya pasukan Kopassus yang datang sempat kedinginan saat tiba di Korea Selatan. Namun dalam beberapa hari, mereka segera bisa menyesuaikan diri karena gemblengan dan fisik yang kuat.

Cuaca dingin tak lagi jadi halangan. Bahkan ketika ada latihan fisik berupa lomba lari menuju bukit dengan pasukan Korea, prajurit Kopassus bisa menang dan mencapai puncak lebih dulu. Hal ini membuktikan kemampuan Kopassus yang tinggi.

Kisah ini dimuat dalam buku Kopassus untuk Indonesia yang ditulis Iwan Santosa dan EA Natanegara danditerbitkan R&W.

"Salah satu latihan yang unik dan berbahaya bagi Kopassus adalah terjun di permukaan salju yang mengeras. Jika tidak ada salju, tanahnya merupakan tanah lunak sehingga ketika mengeras tertutup salju timbul crack (rekahan) di permukaannya dengan pinggiran setajam pisau. Mendarat di permukaan seperti ini adalah hal baru untuk Kopassus. Sehingga untuk menghindari salah mendarat mereka harus berhati-hati sambil memilih permukaan salju," kata Letkol IGP Danny Karya yang pernah mengikuti latihan di bawah nol derajat celcius ini.

Selama latihan dengan Korea Selatan, ada juga aturan yang cukup unik. Yaitu keharusan mencari selongsong peluru setelah latihan menembak. Hal ini disebabkan Korea Selatan
khawatir adanya penyelundupan amunisi ke Korea Utara.

Nah, mencari selongsong di salju mungkin mudah karena meninggalkan lubang. Tetapi berbeda jika berlatih di gedung-gedung atau perkantoran. Masalahnya, sebelum semua selongsong ditemukan, semua prajurit tak boleh pulang. Kadang usaha pencarian ini baru selesai lewat tengah malam.

"Untuk Korea Selatan yang kondisi politiknya mengharuskan mereka untuk waspada, memang merupakan tempat berlatih yang baik untuk menajamkan kemampuan prajurit Kopassus."

*Merdeka*
SOURCE:
https://www.facebook.com/profile.php?id=100004360114831

PERISTIWA MALARI


Peristiwa Limabelas Januari 1974 membuka topeng siapa sebetulnya rezim Soeharto. Titik awal kebangkitan otoritarianisme.
PENGULANGAN sejarah merupakan lelucon pada kali pertama dan akan menjadi tragedi pada pengulangan yang kedua. Demikian disampaikan oleh Dhaniel Dhakidae, mengutip Karl Marx, dalam sambutannya di acara mengenang 40 tahun peristiwa Malari pagi tadi (15/01) di Jakarta. Turut pula hadir dalam acara itu Rahman Tolleng, Adnan Buyung Nasution dan sahibul hajat Hariman Siregar.
"Indonesia dijajah oleh Belanda, kemudian oleh Jepang. Dulu yang datang Jan Pieter Coen, kemudian datang Jan Pronk, seorang new left tapi datang sebagai Ketua IGGI (Inter-Governmental Group on Indonesia) untuk
melihat pembangunan di Indonesia. Kemudian Tanaka seorang shogun , datang menemui Soeharto,” ujar Dhakidae.
Kedatangan Perdana Menteri Jepang, Kakuei Tanaka memicu demonstrasi mahasiswa karena dianggap sebagai penjajahan ulang Jepang terhadap Indonesia. Namun pada kenyataannya demonstrasi itu berakar jauh
kepada beragam persoalan. Mulai dari kritik atas dominannya Aspri (Asisten Presiden) dalam pemerintahan sampai friksi rivalitas Jenderal Soemitro- Ali Moertopo untuk merebut pengaruh sebagai orang terdekat Soeharto.
Kalangan cendekiawan dan mahasiswa menjadi corong penyalur rasa tidak puas tersebut. “Mahasiswa mulai tidak puas terhadap kebijaksanaan pejabat pemerintah.
Berbagai masalah yang disorot mahasiswa waktu itu adalah Pertamina, Proyek TMII yang dianggap mirip proyek mercusuar, hingga peranan modal asing khususnya Jepang,” tulis Muhammad Umar Syadat Hasibuan dan Yohanes S. Widada dalam Revolusi Politik
Kaum Muda.
Puncak aksi protes itu akhirnya terjadi pada 15 Januari 1974. Kedatangan Perdana Menteri Jepang, Tanaka Kakuei, di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma disambut dengan aksi demonstrasi yang berujung rusuh. Masa bulan madu antara mahasiswa dengan pemerintah, juga antara investor asing dengan masyarakat Indonesia umumnya, yang telah terjalin
sejak jatuhnya Sukarno tahun 1966 pun berakhir. “Mahasiswa dan lainnya mengambil alih jalan selama masa kunjungan Perdana Menteri Tanaka, dan aksi protes mereka adalah antiasing, terutama Jepang antibirokrasi, terutama ditujukan kepada teknokrat berpendidikan Barat yang mendorong pemerintah untuk lebih percaya pada investasi asing; dan antimiliter, terutama terhadap jenderal-jenderal yang dicurigai
banyak diuntungkan dari perjanjian bisnis dengan orang-orang Tionghoa dan asing,” tulis Michael H. Anderson dalam Madison Avenue in Asia: Politics and Transnational Advertising.
Jakarta berasap, penghancuran dan penjarahan terjadi di mana-mana. Tidak hanya menyasar produk-produk Jepang, massa juga melampiaskan kekesalannya kepada
perusahaan-perusahaan Tionghoa. Salah satunya adalah Astra yang menjadi distributor barang-barang otomotif dari Jepang. “Mobil-mobil dan sepeda motor buatan Jepang dan buatan asing lainnya dibakar, diceburkan ke sungai, atau, jika pemiliknya beruntung,
hanya dikempeskan rodanya,” tulis Kees van Dijk, “Ketertiban dan Kekacauan di dalam Kehidupan di Indonesia,” termuat dalam Orde Zonder Order; Kekerasan dan Demokrasi di Indonesia 1965-1998 .
Pada Peristiwa Malari ini, setidaknya sebelas orang tewas dan 300 lainnya luka-luka. Sebanyak 807 mobil dan 187 sepeda motor dirusak/dibakar, 144 bangunan ikut rusak. Toko-toko perhiasan pun tidak ketinggalan
dijarah, sekitar 160 kg emas raib. Sekitar 775 orang ditahan menyusul aksi pemerintah
memadamkan kerusuhan tersebut, beberapa terdiri dari anak di bawah umur.
“Komandan Kopkamtib ketika itu, Jenderal Sumitro, bahkan mengenang bagaimana para demonstran yang bertemu di dekan Monumen Nasional di pusat Jakarta adalah ′anak-anak′, pelajar-pelajar dari sekolah dasar dan menengah, paling tidak berasal dari sekolah
menengah atas. Di antara 472 orang yang ditahan pada tanggal 15 dan 16 Januari, terdapat 250 buruh dan anak sekolah,” tulis Kees van Dijk.
Sejumlah tokoh mahasiswa, seperti Hariman Siregar, Aini Chalid dan Judilhery Justam ditahan. Beberapa media massa besar dicabut izin terbitnya karena memuat pemberitaan yang dianggap mengganggu stabilitas negara, termasuk Nusantara , Abadi , Pedoman,
dan Indonesia Raya . Soeharto juga melakukan
perombakan di lingkaran kekuasaannya. Soemitro diberhentikan dari jabatan Panglima Kopkamtib. Jabatan Aspri dibubarkan. Aksi represi pemerintah terhadap masyarakat diperketat, juga lebih sistematis.
“Dengan Peristiwa Malari, Soeharto tampaknya
mengambil sikap tegas: Go to hell with civil society. Dia sepertinya mengingatkan para cendekiawan/mahasiswa who is the boss,” tulis Arief Budiman dalam Kebebasan,
Negara, Pembangunan: Kumpulan Tulisan 1965-2005 . “Pada titik ini tampaknya ′perkawinan′ antara Soeharto dan masyarakat madani bubar jalan.
SOURCE:
https://www.facebook.com/dani.alghazi/posts/10200093851146949:0

Aku Dipanagara Sang Pangeran dalam Ingatan Bangsa

Pameran yang sudah dipersiapkan selama setahun, akan memamerkan jubah asli Pangeran Dipanagara dan artefak peninggalan pribadi.
Aku Dipanagara Sang Pangeran dalam Ingatan BangsaPangeran Dipanagara (1785-1855) yang pasca pecahnya Perang Jawa pada 1825 memilih dipanggil dengan Sultan Ngabdul Khamid Erucakra. (Foto seizin Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde/KITLV)
Sosok Pangeran Dipanagara dikenang masyarakat Indonesia sebagai pahlawan perjuangan yang memimpin perlawanan Jawa melawan pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1825-1830, dengan korban paling besar dalam sejarah Indonesia. Pangeran Dipanagara ditangkap dan diasingkan ke Sulawesi (Menado dan Makassar) dimana beliau meninggal pada tahun 1855.
Selain itu, banyak yang hanya mengenali Dipanagara sebagai pangeran Yogyakarta, dapat dilihat wajahnya selalu terpampang di ruang-ruang kelas seluruh pelosok Indonesia.
Pangeran Dipanagara merupakan pusat dari pameran yang menyajikan karya-karya seni dan akan dilaksanakan pada 6 Februari-8 Maret 2015 di Galeri Nasional Indonesia.
Pameran “Aku Diponegoro: Sang Pangeran dalam Ingatan Bangsa, dari Raden Saleh hingga Kini” berupaya membangkitkan kisah luar biasa Dipanagara, yang digambarkan oleh pelukis-pelukis klasik, kontemporer, maupun khalayak umum.
Pada saat yang sama, pameran ini juga memaparkan interpretasi historis dan sosiologis bagaimana Pangeran Dipanagara membentuk sejarah seni rupa Indonesia.
Pameran ini merupakan kelanjutan dari pameran “Raden Saleh dan Awal Lukisan Indonesia Modern” Juni 2012 lalu, yang berhasil meraih kesuksesan besar dengan 20.000 pengunjung dalam 2 minggu. Dalam pameran Raden Salah, ditampilkan lukisan “Penangkapan Diponegoro”.
Dikurasi oleh Dr. Werner Kraus, Jim Supangkat, dan Dr. Peter Carey, pameran yang menghubungkan antara masa lalu dan masa kini ini bertujuan untuk mendorong pemahaman lebih dalam akan kenangan budaya yang mengizinkan masyarakat Indonesia untuk membangun gambaran narasi masa lalu dan mengembangkan citra dan indentitasnya sendiri.
“Tentu target pameran ini untuk kesadaran sejarah, terutama untuk anak muda yang selalu bicara global tapi tidak punya pengertian terhadap sejarah,” ujar Jim di Galeri Nasional Indonesia saat konferensi pers Selasa, 6 Januari 2015.
Sementara itu menurut sejarawan asal Inggris Peter Carey, pameran ini berusaha menggambarkan masa transisi brutal dan singkat dari tatanan Jawa lama ke dunia modern yang disorong oleh revolusi dan politik yang telah menempa dan menjungkir balik Eropa pada masa muda Diponegoro sebelum perang Jawa (1825-1830).
“Pameran ini lebih dari sekedar studi tentang transisi, juga menoleh pada warisan Dipanagara baik sebagai tokoh sejarah utama dan sebagai manusia,” ujar Peter.
Nantinya pameran “Aku Diponegoro” dibagi menjadi tiga bagian yang menampilkan pendekatan tersendiri terhadap sosok Dipanagara.
Bagian pertama, akan difokuskan pada karya seni Indonesia yang mempunyai tema Dipanagara. Sorotan utama pameran ini adalah lukisan “Penangkapan Dipanagara” karya Raden Saleh. Lukisan ini dilengkapi juga dengan sejumlah potret Dipanagara yang digambarkan oleh seniman ternama Indonesia seperti Soedjono Abdullah, Harijadi Sumodidjojo, Basuki Abdullah, Sudjojono, dan Hendra Gunawan.
Bagian kedua, akan dipamerkan karya-karya seniman kontemporer Indonesia yang memberikan pendekatan kontemporer kepada sosok Dipanagara.
Pusat perhatian bagian ketiga ini adalah karya yang sifatnya low art yang tentu berkaitan dengan Dipanagara seperti fotografi, lukisan pada kaca, patung kayu, kartu, komik, uang, dll.
Pameran yang sudah dipersiapkan selama setahun, akan menambah sebuah ruangan untuk memamerkan jubah asli Pangeran Dipanagara dan artefak peninggalan pribadi Dipanagara seperti tombak pusaka.
Pameran “Aku Diponegoro” merupakan kerja sama Goethe Institut, Galeri Nasional Indonesia, Kemendikbud, Kedubes Republik Federasi Jerman di Indonesia, Yayasan Arsari Djojohadikusumo, Erasmus Huis, Galeri Foto Jurnalistik Antara, dan Universitas Paramadina.
(Nurul Kusumawardani)
SOURCE:
http://nationalgeographic.co.id/berita/2015/01/aku-dipanagara-sang-pangeran-dalam-ingatan-bangsa

Inikah Kalender Tertua di Bumi?

Piringan logam bergambar bulan ini dianggap sebagai kalender tertua di Bumi.

Inikah Kalender Tertua di Bumi?Nebra Sky Disc (UNESCO)
Sebuah piringan berbahan perunggu berwarna kehijauan ditemukan di Jerman pada tahun 1999. Bergambar objek antariksa seperti Bulan dan sejumlah bintang, piringan itu kini diduga sebagai kalender tertua di muka Bumi.
Nebra Sky Disc, demikian piringan itu disebut, diperkirakan dibuat tahun 1600 SM. Berdiameter sekitar 32 sentimeter, piringan itu diduga juga merupakan peta angkasa pertama yang dibuat oleh manusia di Bumi.
Penelitian oleh para arkeolog mengungkap bahwa piringan tersebut menggambarkan Bulan, dan sejumlah bintang dengan sangat jelas. Dipercaya, piringan itu dipakai sebagai kalender untuk menentukan musim tanam dan panen oleh masyarakat Zaman Perunggu.
Nebra Sky Disc di antaranya menunjukkan dengan jelas saat grup bintang bernama Pleiades dijumpai di belahan utara Bumi, wilayah Jerman bagian tengah. Saat Pleiades muncul bersama bulan purnama, saat itulah musim gugur dimulai, sekaligus saat panen harus dilakukan.
Piringan itu memesona banyak arkeolog. "Kita tahu orang masa lalu pasti punya gagasan tentang musim, Bulan, seperti kita," kata Alfred Reichenberger, peneliti dan juru bicara Museum Nasional Halle, seperti dikutip Daily Mail, akhir 2014.
Inikah kalender tertua di Bumi? Sebenarnya, ada gambaran kosmos yang berusia lebih tua, seperti dari masa Mesir Kuno. Meski demikian, Nebra Sky Disc unik.
"Itu skematik. Hingga saat ini, belum ada sesuatu dengan fungsi sama yang konkret seperti Nebra Sky Disc," imbuh Reichenberger.
Tahun 2013, Nebra Sky Disc dinyatakan sebagai Memory of the World Register oleh UNESCO dan dianggap sebagai penemuan arkeologi paling penting pada abad ke-20. Piringan itu disebut Nebra Sky Disc sebab ditemukan di kota Nebra, 160 km dari Berlin.
(Sumber: Kompas.com/Intisari Online)
http://nationalgeographic.co.id/berita/2015/01/inikah-kalender-tertua-di-bumi

10 Fakta Tentang Selfie

Selfie pertama dilakukan oleh seorang pria bernama Robert Cornelius tahun 1839.

Kenali Sepuluh Fakta Soal SelfieFoto "selfie" kuno ini dibuat dengan bantuan cermin (BBC Indonesia)
Tahukah Anda jika gaya foto "selfie" sebenarnya sudah ada di awal abad 19? Foto "selfie" sendiri baru jadi tren dalam beberapa tahun terakhir dan berlomba-lomba di-upload di media sosial.
Nah, bicara soal "selfie" laman sociallywow.com membeberkan beberapa fakta berikut ini :
1. Selfie pertama tahun 1839
Selfie pertama dilakukan oleh seorang pria bernama Robert Cornelius pada tahun 1839. Ia mengambil foto dirinya sendiri di toko keluarganya di Philadelphia. Di balik foto tersebut ia menulis, "The first light picture ever taken. 1839". (Baca juga Ditemukan, Dua Foto "Selfie" Kuno di Skotlandia)
Robert Cornelius pada tahun ...Robert Cornelius pada tahun 1839 mengambil foto dirinya sendiri di toko keluarganya di Philadelphia. Di balik foto tersebut ia menulis,  (Wikimedia Commons)
2. Selfie anti-mainstream tahun 1966 
 Buzz Aldrin adalah orang pertama yang ber-foto gaya selfie dengan latar belakang bumi. Selfie ini dia lakukan ketika sedang menjalani misi Gemini 12 pada November 1966. Buzz ditugasi untuk memotret sinar ultraviolet yang dipancarkan bintang. Ketika matahari mulai muncul, ia memotret dirinya sendiri. Kemudian ia membagi fotonya ini lewat account Twitternya, @TheRealBuzz.  (Baca juga Siapakah yang Membuat Selfie Luar Angkasa Pertama Kali?)
Foto Selfie Buzz Aldrin di luar ...Foto Selfie Buzz Aldrin di luar angkasa saat menjalani misi Gemini 12, November 1966. (Twitter)
3. Diperkenalkan Flickr tahun 2004
Kata selfie pertama kali muncul di Flickr pada tahun 2004, namun butuh hampir satu dekade sampai menjadi populer.  
4. Terkenal sejak 2012
Penggunaan istilah selfie dalam bahasa Inggirs naik 17,000 persen sejak akhir 2012. Majalah Time memasukan istilah ini dalam top 10 buzzwords 2012.
Inilah foto selfie yaki alias ...Inilah foto selfie yaki alias monyet hitam sulawesi yang langka di Indonesia. Foto ini kini menjadi sengketa antara fotografer David Slater dengan Wikipedia. (Caters News Agency/Mirror)
 
5. Masuk kamus Oxford sejak Agustus 2013
Menurut Oxford, selfie diartikan sebagai "a photograph that one has taken of oneself, typically one taken with a smartphone or webcam and uploaded to a social media website." Pada tahun 2013 selfie juga mendapat predikat word of the year. (Baca juga Kata YOLO Masuk Kamus Oxford)
6. Muncul istilah "selca"
Istilah selca ini adalah kombinasi dari "self" dan "camera". DIperkenalkan oleh selebriti Korea. 
7. Miley Cyrus Ratu Selfie di Twitter 
Selebriti kelahiran 23 November 1992 ini adalah selebriti dengan selfie terbanyak. Ia telah membagi 121 selfie di akun twitternya sampai Oktober 2013. Diikuti oleh Tyra Banks dengan 62 selfie dan Kendall Jenner dengan 35 selfie. 
8. Kylie Jenner Ratu Selfie di Instagram 
Sejak membuat akun Instagram pada Juni 2012, Kylie Jenner telah menjadi selebriti dengan selfie terbanyak di jejaring Instagram, yaitu sebanyak 451. Diikuti oleh Snoop Dogg dengan 271 selfie dan Ariana Grande dengan 243 selfie. 
9. Selfie peraih Oscar 
Ellen DeGeneres berhasil mengumpulkan 11 selebritis, Jared Leto, Jennifer Lawrence, Channing Tatum, Meryl Streep, Julia Roberts, Kevin Spacey, Brafley Cooper, Brad Pitt, Peter Nyong'o, Lupita Nyong'o, Angelina Jolie dan dirinya untuk selfie bersama. Foto dengan caption, "If only Bradley's arm was longer. Best photo ever. #oscars" ini berhasil mendapat lebih dari 3,000,000 retweet. 
Foto 'selfie' ini sempat ...Foto 'selfie' ini sempat menganggu layanan Twitter. (BBC Indonesia)
10. Mayoritas perempuan 
Perempuan memang lebih banyak selfie daripada laki-laki. Namun, laki-laki di atas 30 tahun lebih banyak membagi selfienya di media sosial daripada perempuan di atas 30 tahun.
(Sumber: Warta Kota)
SOURCE:
http://nationalgeographic.co.id/berita/2015/01/kenali-sepuluh-fakta-soal-selfie

Politik Energi (Strategi dan Konflik Berkaitan Sumber Daya Energi di Dunia)

Politik energi, merupakan sebuah taktik atau strategi politik yang terbilang cukup menarik. Politik energi ini merupakan salah satu cara dari negara-negara yang memiliki sumber daya alam energi besar untuk membangun pengaruh mereka di dunia internasional. Politik energi bagi negara-negara produsen sumber daya energi sederhananya merupakan cara untuk menciptakan ketergantungan dari negara-negara konsumen sumber daya energi kepada negara-negara produsen sehingga memungkinkan negara produsen untuk mengendalikan arus sumber daya energi dan memaksa negara-negara konsumen untuk mengikuti permaianan politik yang dijalankan oleh mereka.

Kebutuhan energi adalah kebutuhan yang paling mendasar bagi negara-negara yang ada di atas dunia. Sejak Revolusi Industri pada abad ke 19, sumber daya energi menjadi sumber daya yang sangat vital untuk kebutuhan industrialisasi negara-negara industri demi menghidupkan mesin-mesin industrinya yang terus berproduksi tanpa henti demi menghasilkan keuntungan. Sayangnya, energi yang dibutuhkan oleh negara-negara industri di dunia tidak tersebar secara merata. Banyak negara-negara industri yang proses industrialisasinya berkembang pesat justru miskin akan sumber daya energi. Sumber daya energi yang dibutuhkan oleh negara-negara industri justru sebagian besar berasal dari wilayah negara-negara dunia ketiga atau negara-negara berkembang. Ketika Kolonialisme dan Imperialisme masih bercokol kuat di negara-negara dunia ketiga, sumber daya energi bukanlah masalah yang terlalu besar bagi negara-negara kolonis Industrialis yang mendapatkan sumber daya tersebut dari negara-negara jajahannya, namun ketika proses dekolonialisasi terjadi pasca Perang Dunia II, barulah masalah baru timbul bagi negara-negara industrialis. Kehilangan jajahan sama artinya kehilangan sumber daya energi penting untuk menghidupkan mesin-mesin industri mereka. Dalam sekejap proses Dekolonialisasi membuat negara-negara industri berada dalam posisi yang terjepit diantara negara-negara produsen energi yang juga sedang dibakar oleh gelora nasionalisme dan anti kolonialisme.

Bagi negara-negara dunia ketiga yang baru saja terbebas dari kolonialisme, justru kepemilikan atas sumber daya energi yang penting dan vital menjadi salah satu keuntungan utama untuk membangun pengaruh mereka diatas dunia. Negara-negara dunia ketiga/berkembang yang paham mengenai potensi kekayaan alam mereka yang sangat dibutuhkan dunia khususnya sumber daya energi seperti minyak bumi segera bertindak menjadikan potensi tersebut sebagai senjata utama untuk membangun pengaruh mereka diatas dunia. Hal yang paling tampak dari upaya negara-negara dunia ketiga/berkembang untuk membangun pengaruh tersebut adalah pendirian OPEC (Organization of Petrolium Exporting Countries) yang didirikan pada tahun 1960 untuk mewadahi negara-negara produsen sumber daya energi minyak bumi. Pada tahun-tahun pertama berdirinya, OPEC telah berperan dalam menyumbangkan sekitar 40 % dari produksi minyak dunia dan lebih dari tiga perempat cadangan minyak dunia yang membuat kekuatan global menjadi khawatir dengan potensi OPEC untuk mengontrol arus energi minyak bumi. Kontrol OPEC terhadap arus energi minyak bumi memang semakin menguat, pada tahun 1970 OPEC telah berkembang menjadi kekuatan oligopoli yang menguasai seluruh peredaran minyak bumi termasuk harga dan penyebarannya ke berbagai belahan dunia. Berkat hal itu, negara-negara OPEC memiliki kekuatan politik rill untuk ikut menentukan pecaturan politik global pada masa itu bahkan negara-negara OPEC mampu memaksa negara-negara industrialis untuk kepentingan negara mereka. Bukti dari kekuatan politik dari negara-negara penghasil minyak dapat dilihat dari tindakan Libya ditahun 1970. Pemimpin Libya “Muamar Qadaffi” memaksa perusahaan-perusahaan minyak asing yang beroperasi di negaranya untuk menaikkan harga minyak dengan ancaman penyitaan aset mereka oleh negara. Tindakan Libya ini kemudian diikuti oleh negara-negara penghasil minyak lainnya dan kemudian membuat perusahaan-perusahaan minyak dunia melibatkan negara-negara penghasil minyak dalam upaya untuk menentukan dan menjaga kestabilan harga minyak melalu negoisasi multiratera yang dengan demikian mengukuhkan posisi negara-negara OPEC sebagai pihak yang mengatur jalannya arus sumber daya energi minyak bumi.

Kekalahan negara-negara Arab dalam Perang Yom Kippur 1973, membuat negara-negara Arab memikirkan strategi baru untuk melawan Israel dan negara-negara industrialis yang berdiri dibelakangnya. Negara-negara Arab bersepakat untuk menjadikan minyak bumi sebagai senjata politik melawan negara-negara industrialis yang berdiri di belakang Israel. Hasil embargi minyak tahun 1973 tersebut menyebabkan terjadinya krisis energi besar di negara-negara industrialis. Mesin-mesin industri berhenti berproduksi dan perekomian negara-negara industrialis terancam hancur akibat ketergantungan mereka akan sumber daya energi minyak bumi. Disinilah negara-negara penghasil minyak bumi mampu menciptakan suatu ketergantungan negara besar terhadap mereka dengan memanfaatkan potensi yang mereka miliki untuk memaksa negara-negara industri besar tunduk pada kepentingan negara-negara produsen minyak bumi demi kelancaran arus energi minyak bumi. Namun hal itu tidak berlangsung lama, strategi baru yang disusun negara-negara industrialis seperti penghematan energi mampu menstabilkan kembali ekonomi mereka dan devaluasi mata uang Dollar AS membuat Amerika Serikat mampu memanfaatkan posisinya sebagai negara pemegang kekuatan ekonomi dunia untuk melawan politik energi negara-negara Arab. Dengan Dollar AS sebagai mata uang internasional, Amerika Serikat menekan keuangan OPEC yang membuat keuangan OPEC menjadi melemah. Selain itu ditemukannya minyak non Arab yang bukan anggota OPEC menyebabkan embargo minyak Arab menjadi runtuh dengan sendirinya. Negara-negara industrialis beralih ke negara-negara penghasil minyak non Arab yang akhirnya meruntuhkan monopoli negara-negara Arab dan OPEC atas minyak dunia. Selain itu kekacauan yang timbul di negara-negara OPEC khususnya negara-negara Timur Tengah menyebabkan kendali atas minyak dunia yang semula dipegang oleh OPEC mengalami kemunduran.

Namun OPEC dan negara-negara Arab bukanlah satu-satunya monopoli atas sumber daya energi. Sumber Daya Energi non Arab dan non OPEC yang terbesar saat ini dipegang oleh Rusia. Rusia muncul sebagai kekuatan yang memegang kendali atas sumber daya energi semenjak pemerintahan Presiden Vladimir Putin yang mereformasi kebijakan politik dan perekonomian Rusia dan mengarahkan Rusia kearah politik energi dimana Rusia menggunakan sumber daya energi yang dimilikinya untuk menciptakan ketergantungan negara-negara konsumen dan membangun pengaruh Rusia kembali dari puing-puing Uni Soviet. Strategi yang digunakan oleh Rusia untuk memanfaatkan sumber daya energinya termasuk menyasar negara-negara konsumen energi dan memanfaatkan energi Rusia untuk kepentingan Rusia. Kebijakan Putin mengenai politik energi dimulai dengan penandatanganan undang-undang yang memungkinkan pemerintah mengalokasikan minyak strategis dan gas di landasan komintmen tanpa lelang prosedur pada Juli 2008 yang dilanjutkan dengan nasionalisasi Gazprom atau perusahaan minyak dan gas Rusia sehingga sumber daya energi tersebut dikuasai sepenuhnya oleh negara. Pada Februari 2011, Rusia menandatangani kesepakatan dengan RRC (Republik Rakyat Cina) dimana RRC setuju memberikan pinjaman sebesar 20 miliar dollar AS kepada perusahaan minyak dan gas Rusia sebagai gantinya Rusia akan menyuplai RRC untuk kebutuhan minyak mentah melalui pipa-pipa barunya untuk dua puluh tahuh kedepan. Alasan Rusia menjalin kerjasama dengan RRC dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi dari RRC. Pertumbuhan ekonomi RRC menyebabkan proses industrialisasinya juga berkembang pesat sehingga RRC tentu membutuhkan suplai sumber daya energi dalam jumlah besar. RRC sendiri juga berusaha mengamankan pasokan sumber daya energinya demi kebutuhan industri negaranya oleh karena itu Rusia mendekati RRC dan menjalin kerjasama untuk keduabelah pihak dimana Rusia membutuhkan dana untuk perusahaan minyak dan gasnya dan RRC membutuhkan sumber daya energi untuk industri-industrinya. Selain dengan RRC, Rusia juga menjalin kerjasama dengan negara-negara Asia Tengah yang juga merupakan produsen sumber daya energi minyak dan gas. Kerjasama itu diantaranya kesepakatan pembangunan pipa-pipa minyak dan gas melintasi Laut Kaspia yang ditandatangani Rusia bersama dengan Kazakhstan dan Uzbekistan pada Desember 2007.  Rusia berharap pipa gas tersebut mampu mengekspor 20 miliar meter kubik per tahunnya pada tahapan awal.

Rusia memang memahami betul potensi sumber daya energi yang dimilikinya. Sumber daya energi tersebut dijadikan Rusia sebagai salah satu penopang kekuatan ekonominya, bahkan bisa dikatakan bahwa, penyumbang terbesar bagi pertumbuhan produksi domestik bruto (PDB) Rusia sekitar 5,7 persen dari rata-rata 6-7 persen pertumbuhan PDB pertahun di pengaruhi oleh sektor minyak dan gas alam yang dimiliki oleh Rusia. Kenaikan penerimaan dari migas membuat Rusia juga mencatatkan peningkatan cadangan devisa dari 12 miliar dollar AS pada tahun 1999 menjadi 315 miliar dollar AS pada tahun 2006 (ketiga terbesar di dunia setelah RRC dan Jepang). Cadangan devisa Rusia pada Oktober 2007 mencapai 447,9 miliar dollar AS. Dengan demikian sumber daya energi menjadi salah satu penopang terbesar bagi pertumbuhan ekonomi Rusia.

Strategi politik energi Rusia, selain memanfaatkan sumber daya energi sebagai sarana untuk pertumbuhan ekonominya dan menjalin kerjasama dengan negara-negara lain, Rusia juga menggunakannya sebagai senjata politik untuk memperlebar sayap pengaruhnya. Rusia melalui sumber daya energinya yang besar merupakan produsen utama bagi negara-negara Eropa yang tergabung dalam Uni Eropa. Uni Eropa adalah konsumen terbesar sumber daya energi Rusia dan Rusia menciptakan ketergantungan bagi Uni Eropa akan suplai minyak dan gas dari negaranya. Dengan demikian, Rusia mampu memanfaatkan potensinya untuk memaksa Uni Eropa agar tidak menganggu kepentingan Rusia. Dengan memanfaatkan sumber daya energinya, Rusia berusaha membangun kembali pengaruh Uni Soviet dengan memperkuat kesatuan negara-negara CIS (Commonwealth of Independent States) dalam poros Rusia. Rusia juga memanfaatkan CIS untuk mengamankan negara-negara bekas USSR seperti Kazakshtan dan Uzbekistan yang juga merupakan produsen sumber daya energi untuk merapat ke dalam poros Rusia dan menghalangi intervensi negara-negara industrialis Barat terhadap negara-negara di Asia Tengah tersebut. Usaha Rusia untuk memperkuat CIS memang pada akhirnya menimbulkan konflik di wilayah Ukraina yang memancing keterlibatan negara-negara Barat seperti Amerika Serikat dan Uni Eropa untuk melawan Rusia. Namun konflik tersebut memang sebuah panggung yang sudah disiapkan Rusia untuk permaianan politiknya. Konflik Ukraina tidak hanya menegaskan keinginan Rusia untuk menjaga CIS namun juga bertujuan untuk memancing negara-negara konsumen energi Rusia. Tentu saja Rusia berkeinginan untuk menegaskan pula bahwa Uni Eropa tidak boleh macam-macam terhadap kepentingan Rusia, dan Uni Eropa memang tidak dapat berbuat banyak sebab mereka adalah konsumen energi terbesar Rusia dan apabila sampai Rusia mengembargo sumber daya energi tersebut, maka Uni Eropa akan mengalami krisis energi dan krisis ekonomi besar yang dapat mengancam kestabilan negara-negara anggotanya. Dengan demikian Rusia bermain cerdik, Rusia memanfaatkan sumber daya energinya untuk memaksa negara-negara konsumennya untuk tidak mencampuri urusan Rusia lebih jauh. Rusia mampu memanfaatkan sumber daya energinya yang besar sebagai senjata politik maupun ekonomi yang tidak hanya mampu memperkuat kembali perekonomian Rusia, namun juga mampu melebarkan sayap pengaruh Rusia kembali.
SOURCES:
Mansbach, Richard W dan Kirsten L. Raffery. 2012, Pengantar Politik Global, Bandung: Penerbit Nusa Media.
Saragih, Simon. 2008,  Bangkitnya Rusia, Jakarta: PT Kompas Media Nusantara

 “Monitors key to Russian gas deal” [Online] dalam http://news.bbc.co.uk, 2009 (diakses 09 Desember 2014)
“Kronologi Sengketa Gas Rusia-Ukraina”[Online] dalam http://nasional.kompas.com , 2009 (diakses 09 Desember 2014)
“Eropa Krisis Pasokan Gas Alam” [Online] dalam http://dunia.news.viva.co.id, 2009 (diakses 09 Desember 2014)

Fakta Jepang yang selama Perang Asia Timur Raya (di Indonesia) yang tidak banyak diketahui


Fakta Pertama, Dalam buku "Perebutan Daerah Nanyo" sebelum Jepang memutuskan untuk melawan AS dan sekutu-sekutunya, para petinggi militer Jepang saling bertempu dalam rapat parlemen Fasis Jepang dimana pihak Jepang membahas rencana pembangunan Lingkungan Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya. Jepang khususnya para petinggi militer AD menginginkan sebuah pembangunan persemakmuran raksasa dimana Jepang menjadi negara pelindung utama dari Asia Timur Raya menaungi negara-negara Asia lainnya dan memimpin mereka untuk berperang melawan Sekutu. Tambahan lain adalah bahwa Jepang berencana menjadikan Indonesia sebagai pusat dari persemakmuran Asia Timur Raya, menjadikan Indonesia sebagai negara pelindungan utama dengan nama "Negara Kebangsaan Hindia Timur".

Fakta Kedua, dalam buku "Dalam Cengkraman Dai Nippon" disebutkan bahwa Jepang sangat kagum dengan Indonesia. Indonesia dipandang Jepang sebagai satu-satunya negara Asia selain Jepang sendiri yang bebas dari kontaminasi Barat Kolonial dan memiliki rasa kebanggaan tinggi terhadap kebudayaan mereka. Jepang membandingkan dengan Korea dimana kebudayaan negara tersebut sudah menghilang karena sejarah Korea memang sejak dahulu selalu berada dibawah bayang-bayang Cina sehingga Korea tidak memilik jati diri sendiri. Untuk Cina, Jepang juga memandang Cina sudah terkontaminasi oleh pengaruh Barat melalui opium yang beredar luas di penghujung Dinasti Qing. Kekaguman Jepang terhadap Indonesia membuat Jepang memutuskan bahwa Indonesia akan menjadi salah satu pusat kebudayaan Asia Timur Raya dan Jepang tidak perlu menanamkan proses Niponisasi namun hanya membantu Indonesia dengan menyuntikan semangat Nippon Senshin dan semangat Bushido agar kemurnian Indonesia tetap terjaga dari intervensi Barat.

Fakta Ketiga, dalam buku yang sama, Pemerintah Jepang sejak awal sudah berencana untuk memerdekan Indonesia dan menjadikan Indonesia sebagai salah satu bagian dari negara-negara Lingkungan Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya. Pembahasan mengenai kemerdekaan Indonesia oleh Jepang dilakukan dalam rapat Parlemen Fasis Jepang yang dibacakan langsung oleh Perdana Mentri Hideki Tojo. Bahkan Hideki Tojo melakukan kunjungan langsung ke Indonesia untuk melihat kesiapan rakyat Indonesia apabila Indonesia kelak akan berdiri sendiri dalam Lingkungan Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya.

Fakta Keempat, Kekejaman Jepang terhadap Indonesia banyak yang dibesar-besarkan. Termasuk perilaku diskriminatif terhadap anggota PETA/HEIHO oleh para opsir Jepang. Dalam catatan Jendral Achmad Yani yang saat itu menjadi salah satu anggota PETA, beliau menyebutkan bahwa gaji yang diterima anggota PETA sangatlah besar. Bahkan cukup untuk memberikan dirinya dan keluarganya makanan yang layak seperti daging sapi/daging ayam sebagai lauknya. Bahkan ransum prajurit PETA juga sama besarnya dengan ransum prajurit Jepang sendiri. Namun ketika Sekutu mulai memblokade jalur perairan Jepang, Jepang akhirnya kekuarangan ransum, kelangkaan itu lalu diatasi dengan ransum tepung tapioka plus air untuk menutupi kelangkaan bahan makanan yang diderita militer Jepang dipenghujung Perang Dunia II. Bahkan melalui mulut seorang veteran pejuang sendiri (yang saya temui dalam kunjungn Himaprodi Ilmu Politik Unair ke rumah cacat veteran dalam rangka 10 November), beliau menyatakan bahwa sikap Tentara Jepang banyak yang baik sebenarnya. Memang Jepang dikenal sangat tegas, tamparan dan tendangan merupakan hal biasa bagi mereka yang melakukan tindakan tidak disiplin namun pujian dan penghargaan bukan hal yang langka yang disematkan oleh opsir-opsir Jepang kepada para prajurit PETA yang benar2 mencetak prestasi. Bahkan tidak jarang antara Prajurit Jepang dan Prajurit PETA saling bertukar rokok sebagai tanda persahabatan.

Fakta Kelima, dalam buku "Sejarah Indonesia" disebutkan bahwa ditahun 1944, Panglima Militer Jepang di seluruh Asia Tenggara mengadakan pembicaraan rahasia mengenai upaya untuk mencegah jatuhnya Asia Tenggara termasuk Indonesia ke dalam pengaruh Sekutu apabila Jepang kelak akan kalah. Pembicaraan itu juga mencakup rencana kemerdekaan negara-negara Asia Tenggara sebelum Jepang benar-benar jatuh. Indonesia khususnya diberikan posisi paling vital karena letak strategis Indonesia memungkinkan Kolonialis Barat untuk kembali menancapkan pengaruh di Indonesia. atas dasar itulah, rencana kemerdekaan Indonesia disusun oleh para petinggi militer Jepang termasuk tanggal pelaksanaannya yang diikuti oleh penarikan mundur pasukan Jepang secara perlahan dari Indonesia. Penarikan mundur itu dilakukan Jepang untuk mencegah Indonesia menjadi medan pertempuran antara pasukan Jepang dan Sekutu sehingga memperkecil kemungkinan pendaratan Sekutu dan kembalinya penjajahan Belanda di Indonesia. Hal tersebut membuktikan bahwa rencana pembentukan BPUPKI dan PPKI bukanlah akal-akalan Jepang untuk menarik simpati saja, sebab pembicaraan mengenai rencana kemerdekaan Indonesia sudah dibahas sejak tahun 1943 oleh PM Hideki Tojo dan dilanjutkan ditahun 1944 di Singapura. Hanya saja poin pembentukan persemakmuran sudah dihapuskan sebab kekalahan Jepang yang sudah semakin dekat pastinya menyebabkan Jepang tidak akan sanggup lagi melindungi persemakmuran dengan wilayah yang begitu luas sehingga Jepang membatalkan rencana persemakmuran Asia Timur Raya dan menggantinya dengan rencana menyerahkan kemerdekaan Indonesia ditangan bangsa Indonesia sendiri dengan Jepang sebagai fasilitatornya. Penarikan mundur pasukan Jepang dari Indonesia dijadwalkan secara bertahap dimulai dari 27 September 1945 untuk kembali ke tanah Jepang dan bersiap menghadapi invasi Sekutu. Sayangnya rencana tersebut gagal dengan jatuhnya Bom Atom di Hiroshima dan Nagasaki serta masuknya Tentara Merah ke Manchuria yang menyebabkan Jepang harus menyerah sebelum rencana mereka terlaksana.

Fakta Keenam, Tindakan Indispliner dari pasukan Jepang sendiri sudah mendapat reaksi tegas dari pemerintah militer Jepang dan bahkan banyak oknum yang terlibat juga sudah dihukum. Fakta dalam buku "Soekarno Penyambung Lidah Rakyat" kebanyakan tindakan indisipliner yang digolongkan sebagai tindakan kejam tersebut banyak dilakukan oleh prajurit yang tidak berasal dari Jepang namun oleh prajurit yang mayoritas berasal dari Korea dan sejarah Perang Asia Timur Raya juga mencatat hal yang sama bahwa tingkat disiplin prajurit-prajurit Jepang asal Korea sangatlah rendah berbeda dengan prajurit PETA, HEIHO, GIYUGUN, dsb yang dididik Jepang di Indonesia yang justru memiliki kedisiplinan yang sangat tinggi.

Fakta Ketujuh, Tindakan yang dilakukan Jepang ketika Indonesia baru merdeka yang dianggap sebagai tindakan upaya penghalang-halangan kemerdekaan sebenarnya tidaklah demikian. Oleh kalangan anti Fasis dan pemenang perang, tindakan Jepang ini sering dijadikan alasan Jepang bermuka dua dalam proses membantu kemerdekaan Indonesia. Sebenarnya kita harus bisa pula menarik logika dalam persitiwa tersebut. Jepang sudah kalah, nasib pihak yang kalah sepenuhnya berada pada pihak yang menang. Sekutu sebagai pemenang perang memerintahkan Jepang untuk mempertahankan status quo di Indonesia sampai pendaratan pasukan AFNEI. Strategi Sekutu tersebut jelas, agar jika terjadi bentorkan dengan kaum nasionalis, maka Jepanglah yang akan menjadi korban dahulu, Jepang dijadikan tameng sebagai pihak yang kalah untuk merealisasikan tujuan Sekutu dalam pertemuan rahasia antar pemimpin Sekutu di Inggris mengenai pembagian Asia Timur Raya ke dalam wilayah Sekutu kembali sesudah kekalahan Jepang. Pasukan Sekutu direncanakan sebagai pembawa perdamaian, datang mencoba menjadi penengah antara perseteruan Jepang dan kaum nasionalis Indonesia sehingga kalaupun ada yang harus dibenci maka rakyat Indonesia akan membenci Jepang dan menyambut kedatangan Sekutu sehingga proses pengambialihan kekuasaan akan berjalan mudah tanpa hambatan. Walau ternyata itu tidak juga berjalan sesuai skenario Sekutu. Pihak Jepang sendiri sebenarnya sudah tidak mau tahu lagi. Bahkan Jepang terkesan sengaja membiarkan para pejuang Indonesia dengan mudahnya mengambil alih persenjataan mereka yang kemudian digunakan untuk menghadapi Sekutu. Kejatuhan markas pasukan elite Jepang sekelas Gakukotai yang terkenal berani dalam waktu singkat ke tangan pejuang Indonesia pada awal proklamasi (padahal dari segi persenjataan Jepang lebih lengkap) menunjukkan keengganan Jepang disatu sisi untuk menuruti perintah Sekutu dan dukungan disatu sisi untuk melanjutkan perlawanan terhadap pasukan Sekutu. Bahkan tidak sedikit mantan prajurit dan perwira Jepang yang memilih bergabung dengan pasukan pejuang Indonesia untuk membantu pihak Indonesia menghadapi pasukan Sekutu.

Fakta Pertama, Dalam buku "Perebutan Daerah Nanyo" sebelum Jepang memutuskan untuk melawan AS dan sekutu-sekutunya, para petinggi militer Jepang saling bertempu dalam rapat parlemen Fasis Jepang dimana pihak Jepang membahas rencana pembangunan Lingkungan Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya. Jepang khususnya para petinggi militer AD menginginkan sebuah pembangunan persemakmuran raksasa dimana Jepang menjadi negara pelindung utama dari Asia Timur Raya menaungi negara-negara Asia lainnya dan memimpin mereka untuk berperang melawan Sekutu. Tambahan lain adalah bahwa Jepang berencana menjadikan Indonesia sebagai pusat dari persemakmuran Asia Timur Raya, menjadikan Indonesia sebagai negara pelindungan utama dengan nama "Negara Kebangsaan Hindia Timur".

Fakta Kedua, dalam buku "Dalam Cengkraman Dai Nippon" disebutkan bahwa Jepang sangat kagum dengan Indonesia. Indonesia dipandang Jepang sebagai satu-satunya negara Asia selain Jepang sendiri yang bebas dari kontaminasi Barat Kolonial dan memiliki rasa kebanggaan tinggi terhadap kebudayaan mereka. Jepang membandingkan dengan Korea dimana kebudayaan negara tersebut sudah menghilang karena sejarah Korea memang sejak dahulu selalu berada dibawah bayang-bayang Cina sehingga Korea tidak memilik jati diri sendiri. Untuk Cina, Jepang juga memandang Cina sudah terkontaminasi oleh pengaruh Barat melalui opium yang beredar luas di penghujung Dinasti Qing. Kekaguman Jepang terhadap Indonesia membuat Jepang memutuskan bahwa Indonesia akan menjadi salah satu pusat kebudayaan Asia Timur Raya dan Jepang tidak perlu menanamkan proses Niponisasi namun hanya membantu Indonesia dengan menyuntikan semangat Nippon Senshin dan semangat Bushido agar kemurnian Indonesia tetap terjaga dari intervensi Barat.

Fakta Ketiga, dalam buku yang sama, Pemerintah Jepang sejak awal sudah berencana untuk memerdekan Indonesia dan menjadikan Indonesia sebagai salah satu bagian dari negara-negara Lingkungan Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya. Pembahasan mengenai kemerdekaan Indonesia oleh Jepang dilakukan dalam rapat Parlemen Fasis Jepang yang dibacakan langsung oleh Perdana Mentri Hideki Tojo. Bahkan Hideki Tojo melakukan kunjungan langsung ke Indonesia untuk melihat kesiapan rakyat Indonesia apabila Indonesia kelak akan berdiri sendiri dalam Lingkungan Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya.

Fakta Keempat, Kekejaman Jepang terhadap Indonesia banyak yang dibesar-besarkan. Termasuk perilaku diskriminatif terhadap anggota PETA/HEIHO oleh para opsir Jepang. Dalam catatan Jendral Achmad Yani yang saat itu menjadi salah satu anggota PETA, beliau menyebutkan bahwa gaji yang diterima anggota PETA sangatlah besar. Bahkan cukup untuk memberikan dirinya dan keluarganya makanan yang layak seperti daging sapi/daging ayam sebagai lauknya. Bahkan ransum prajurit PETA juga sama besarnya dengan ransum prajurit Jepang sendiri. Namun ketika Sekutu mulai memblokade jalur perairan Jepang, Jepang akhirnya kekuarangan ransum, kelangkaan itu lalu diatasi dengan ransum tepung tapioka plus air untuk menutupi kelangkaan bahan makanan yang diderita militer Jepang dipenghujung Perang Dunia II. Bahkan melalui mulut seorang veteran pejuang sendiri (yang saya temui dalam kunjungn Himaprodi Ilmu Politik Unair ke rumah cacat veteran dalam rangka 10 November), beliau menyatakan bahwa sikap Tentara Jepang banyak yang baik sebenarnya. Memang Jepang dikenal sangat tegas, tamparan dan tendangan merupakan hal biasa bagi mereka yang melakukan tindakan tidak disiplin namun pujian dan penghargaan bukan hal yang langka yang disematkan oleh opsir-opsir Jepang kepada para prajurit PETA yang benar2 mencetak prestasi. Bahkan tidak jarang antara Prajurit Jepang dan Prajurit PETA saling bertukar rokok sebagai tanda persahabatan.

Fakta Kelima, dalam buku "Sejarah Indonesia" disebutkan bahwa ditahun 1944, Panglima Militer Jepang di seluruh Asia Tenggara mengadakan pembicaraan rahasia mengenai upaya untuk mencegah jatuhnya Asia Tenggara termasuk Indonesia ke dalam pengaruh Sekutu apabila Jepang kelak akan kalah. Pembicaraan itu juga mencakup rencana kemerdekaan negara-negara Asia Tenggara sebelum Jepang benar-benar jatuh. Indonesia khususnya diberikan posisi paling vital karena letak strategis Indonesia memungkinkan Kolonialis Barat untuk kembali menancapkan pengaruh di Indonesia. atas dasar itulah, rencana kemerdekaan Indonesia disusun oleh para petinggi militer Jepang termasuk tanggal pelaksanaannya yang diikuti oleh penarikan mundur pasukan Jepang secara perlahan dari Indonesia. Penarikan mundur itu dilakukan Jepang untuk mencegah Indonesia menjadi medan pertempuran antara pasukan Jepang dan Sekutu sehingga memperkecil kemungkinan pendaratan Sekutu dan kembalinya penjajahan Belanda di Indonesia. Hal tersebut membuktikan bahwa rencana pembentukan BPUPKI dan PPKI bukanlah akal-akalan Jepang untuk menarik simpati saja, sebab pembicaraan mengenai rencana kemerdekaan Indonesia sudah dibahas sejak tahun 1943 oleh PM Hideki Tojo dan dilanjutkan ditahun 1944 di Singapura. Hanya saja poin pembentukan persemakmuran sudah dihapuskan sebab kekalahan Jepang yang sudah semakin dekat pastinya menyebabkan Jepang tidak akan sanggup lagi melindungi persemakmuran dengan wilayah yang begitu luas sehingga Jepang membatalkan rencana persemakmuran Asia Timur Raya dan menggantinya dengan rencana menyerahkan kemerdekaan Indonesia ditangan bangsa Indonesia sendiri dengan Jepang sebagai fasilitatornya. Penarikan mundur pasukan Jepang dari Indonesia dijadwalkan secara bertahap dimulai dari 27 September 1945 untuk kembali ke tanah Jepang dan bersiap menghadapi invasi Sekutu. Sayangnya rencana tersebut gagal dengan jatuhnya Bom Atom di Hiroshima dan Nagasaki serta masuknya Tentara Merah ke Manchuria yang menyebabkan Jepang harus menyerah sebelum rencana mereka terlaksana.

Fakta Keenam, Tindakan Indispliner dari pasukan Jepang sendiri sudah mendapat reaksi tegas dari pemerintah militer Jepang dan bahkan banyak oknum yang terlibat juga sudah dihukum. Fakta dalam buku "Soekarno Penyambung Lidah Rakyat" kebanyakan tindakan indisipliner yang digolongkan sebagai tindakan kejam tersebut banyak dilakukan oleh prajurit yang tidak berasal dari Jepang namun oleh prajurit yang mayoritas berasal dari Korea dan sejarah Perang Asia Timur Raya juga mencatat hal yang sama bahwa tingkat disiplin prajurit-prajurit Jepang asal Korea sangatlah rendah berbeda dengan prajurit PETA, HEIHO, GIYUGUN, dsb yang dididik Jepang di Indonesia yang justru memiliki kedisiplinan yang sangat tinggi.

Fakta Ketujuh, Tindakan yang dilakukan Jepang ketika Indonesia baru merdeka yang dianggap sebagai tindakan upaya penghalang-halangan kemerdekaan sebenarnya tidaklah demikian. Oleh kalangan anti Fasis dan pemenang perang, tindakan Jepang ini sering dijadikan alasan Jepang bermuka dua dalam proses membantu kemerdekaan Indonesia. Sebenarnya kita harus bisa pula menarik logika dalam persitiwa tersebut. Jepang sudah kalah, nasib pihak yang kalah sepenuhnya berada pada pihak yang menang. Sekutu sebagai pemenang perang memerintahkan Jepang untuk mempertahankan status quo di Indonesia sampai pendaratan pasukan AFNEI. Strategi Sekutu tersebut jelas, agar jika terjadi bentorkan dengan kaum nasionalis, maka Jepanglah yang akan menjadi korban dahulu, Jepang dijadikan tameng sebagai pihak yang kalah untuk merealisasikan tujuan Sekutu dalam pertemuan rahasia antar pemimpin Sekutu di Inggris mengenai pembagian Asia Timur Raya ke dalam wilayah Sekutu kembali sesudah kekalahan Jepang. Pasukan Sekutu direncanakan sebagai pembawa perdamaian, datang mencoba menjadi penengah antara perseteruan Jepang dan kaum nasionalis Indonesia sehingga kalaupun ada yang harus dibenci maka rakyat Indonesia akan membenci Jepang dan menyambut kedatangan Sekutu sehingga proses pengambialihan kekuasaan akan berjalan mudah tanpa hambatan. Walau ternyata itu tidak juga berjalan sesuai skenario Sekutu. Pihak Jepang sendiri sebenarnya sudah tidak mau tahu lagi. Bahkan Jepang terkesan sengaja membiarkan para pejuang Indonesia dengan mudahnya mengambil alih persenjataan mereka yang kemudian digunakan untuk menghadapi Sekutu. Kejatuhan markas pasukan elite Jepang sekelas Gakukotai yang terkenal berani dalam waktu singkat ke tangan pejuang Indonesia pada awal proklamasi (padahal dari segi persenjataan Jepang lebih lengkap) menunjukkan keengganan Jepang disatu sisi untuk menuruti perintah Sekutu dan dukungan disatu sisi untuk melanjutkan perlawanan terhadap pasukan Sekutu. Bahkan tidak sedikit mantan prajurit dan perwira Jepang yang memilih bergabung dengan pasukan pejuang Indonesia untuk membantu pihak Indonesia menghadapi pasukan Sekutu.

Fakta Pertama, Dalam buku "Perebutan Daerah Nanyo" sebelum Jepang memutuskan untuk melawan AS dan sekutu-sekutunya, para petinggi militer Jepang saling bertempu dalam rapat parlemen Fasis Jepang dimana pihak Jepang membahas rencana pembangunan Lingkungan Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya. Jepang khususnya para petinggi militer AD menginginkan sebuah pembangunan persemakmuran raksasa dimana Jepang menjadi negara pelindung utama dari Asia Timur Raya menaungi negara-negara Asia lainnya dan memimpin mereka untuk berperang melawan Sekutu. Tambahan lain adalah bahwa Jepang berencana menjadikan Indonesia sebagai pusat dari persemakmuran Asia Timur Raya, menjadikan Indonesia sebagai negara pelindungan utama dengan nama "Negara Kebangsaan Hindia Timur".

Fakta Kedua, dalam buku "Dalam Cengkraman Dai Nippon" disebutkan bahwa Jepang sangat kagum dengan Indonesia. Indonesia dipandang Jepang sebagai satu-satunya negara Asia selain Jepang sendiri yang bebas dari kontaminasi Barat Kolonial dan memiliki rasa kebanggaan tinggi terhadap kebudayaan mereka. Jepang membandingkan dengan Korea dimana kebudayaan negara tersebut sudah menghilang karena sejarah Korea memang sejak dahulu selalu berada dibawah bayang-bayang Cina sehingga Korea tidak memilik jati diri sendiri. Untuk Cina, Jepang juga memandang Cina sudah terkontaminasi oleh pengaruh Barat melalui opium yang beredar luas di penghujung Dinasti Qing. Kekaguman Jepang terhadap Indonesia membuat Jepang memutuskan bahwa Indonesia akan menjadi salah satu pusat kebudayaan Asia Timur Raya dan Jepang tidak perlu menanamkan proses Niponisasi namun hanya membantu Indonesia dengan menyuntikan semangat Nippon Senshin dan semangat Bushido agar kemurnian Indonesia tetap terjaga dari intervensi Barat.

Fakta Ketiga, dalam buku yang sama, Pemerintah Jepang sejak awal sudah berencana untuk memerdekan Indonesia dan menjadikan Indonesia sebagai salah satu bagian dari negara-negara Lingkungan Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya. Pembahasan mengenai kemerdekaan Indonesia oleh Jepang dilakukan dalam rapat Parlemen Fasis Jepang yang dibacakan langsung oleh Perdana Mentri Hideki Tojo. Bahkan Hideki Tojo melakukan kunjungan langsung ke Indonesia untuk melihat kesiapan rakyat Indonesia apabila Indonesia kelak akan berdiri sendiri dalam Lingkungan Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya.

Fakta Keempat, Kekejaman Jepang terhadap Indonesia banyak yang dibesar-besarkan. Termasuk perilaku diskriminatif terhadap anggota PETA/HEIHO oleh para opsir Jepang. Dalam catatan Jendral Achmad Yani yang saat itu menjadi salah satu anggota PETA, beliau menyebutkan bahwa gaji yang diterima anggota PETA sangatlah besar. Bahkan cukup untuk memberikan dirinya dan keluarganya makanan yang layak seperti daging sapi/daging ayam sebagai lauknya. Bahkan ransum prajurit PETA juga sama besarnya dengan ransum prajurit Jepang sendiri. Namun ketika Sekutu mulai memblokade jalur perairan Jepang, Jepang akhirnya kekuarangan ransum, kelangkaan itu lalu diatasi dengan ransum tepung tapioka plus air untuk menutupi kelangkaan bahan makanan yang diderita militer Jepang dipenghujung Perang Dunia II. Bahkan melalui mulut seorang veteran pejuang sendiri (yang saya temui dalam kunjungn Himaprodi Ilmu Politik Unair ke rumah cacat veteran dalam rangka 10 November), beliau menyatakan bahwa sikap Tentara Jepang banyak yang baik sebenarnya. Memang Jepang dikenal sangat tegas, tamparan dan tendangan merupakan hal biasa bagi mereka yang melakukan tindakan tidak disiplin namun pujian dan penghargaan bukan hal yang langka yang disematkan oleh opsir-opsir Jepang kepada para prajurit PETA yang benar2 mencetak prestasi. Bahkan tidak jarang antara Prajurit Jepang dan Prajurit PETA saling bertukar rokok sebagai tanda persahabatan.

Fakta Kelima, dalam buku "Sejarah Indonesia" disebutkan bahwa ditahun 1944, Panglima Militer Jepang di seluruh Asia Tenggara mengadakan pembicaraan rahasia mengenai upaya untuk mencegah jatuhnya Asia Tenggara termasuk Indonesia ke dalam pengaruh Sekutu apabila Jepang kelak akan kalah. Pembicaraan itu juga mencakup rencana kemerdekaan negara-negara Asia Tenggara sebelum Jepang benar-benar jatuh. Indonesia khususnya diberikan posisi paling vital karena letak strategis Indonesia memungkinkan Kolonialis Barat untuk kembali menancapkan pengaruh di Indonesia. atas dasar itulah, rencana kemerdekaan Indonesia disusun oleh para petinggi militer Jepang termasuk tanggal pelaksanaannya yang diikuti oleh penarikan mundur pasukan Jepang secara perlahan dari Indonesia. Penarikan mundur itu dilakukan Jepang untuk mencegah Indonesia menjadi medan pertempuran antara pasukan Jepang dan Sekutu sehingga memperkecil kemungkinan pendaratan Sekutu dan kembalinya penjajahan Belanda di Indonesia. Hal tersebut membuktikan bahwa rencana pembentukan BPUPKI dan PPKI bukanlah akal-akalan Jepang untuk menarik simpati saja, sebab pembicaraan mengenai rencana kemerdekaan Indonesia sudah dibahas sejak tahun 1943 oleh PM Hideki Tojo dan dilanjutkan ditahun 1944 di Singapura. Hanya saja poin pembentukan persemakmuran sudah dihapuskan sebab kekalahan Jepang yang sudah semakin dekat pastinya menyebabkan Jepang tidak akan sanggup lagi melindungi persemakmuran dengan wilayah yang begitu luas sehingga Jepang membatalkan rencana persemakmuran Asia Timur Raya dan menggantinya dengan rencana menyerahkan kemerdekaan Indonesia ditangan bangsa Indonesia sendiri dengan Jepang sebagai fasilitatornya. Penarikan mundur pasukan Jepang dari Indonesia dijadwalkan secara bertahap dimulai dari 27 September 1945 untuk kembali ke tanah Jepang dan bersiap menghadapi invasi Sekutu. Sayangnya rencana tersebut gagal dengan jatuhnya Bom Atom di Hiroshima dan Nagasaki serta masuknya Tentara Merah ke Manchuria yang menyebabkan Jepang harus menyerah sebelum rencana mereka terlaksana.

Fakta Keenam, Tindakan Indispliner dari pasukan Jepang sendiri sudah mendapat reaksi tegas dari pemerintah militer Jepang dan bahkan banyak oknum yang terlibat juga sudah dihukum. Fakta dalam buku "Soekarno Penyambung Lidah Rakyat" kebanyakan tindakan indisipliner yang digolongkan sebagai tindakan kejam tersebut banyak dilakukan oleh prajurit yang tidak berasal dari Jepang namun oleh prajurit yang mayoritas berasal dari Korea dan sejarah Perang Asia Timur Raya juga mencatat hal yang sama bahwa tingkat disiplin prajurit-prajurit Jepang asal Korea sangatlah rendah berbeda dengan prajurit PETA, HEIHO, GIYUGUN, dsb yang dididik Jepang di Indonesia yang justru memiliki kedisiplinan yang sangat tinggi.

Fakta Ketujuh, Tindakan yang dilakukan Jepang ketika Indonesia baru merdeka yang dianggap sebagai tindakan upaya penghalang-halangan kemerdekaan sebenarnya tidaklah demikian. Oleh kalangan anti Fasis dan pemenang perang, tindakan Jepang ini sering dijadikan alasan Jepang bermuka dua dalam proses membantu kemerdekaan Indonesia. Sebenarnya kita harus bisa pula menarik logika dalam persitiwa tersebut. Jepang sudah kalah, nasib pihak yang kalah sepenuhnya berada pada pihak yang menang. Sekutu sebagai pemenang perang memerintahkan Jepang untuk mempertahankan status quo di Indonesia sampai pendaratan pasukan AFNEI. Strategi Sekutu tersebut jelas, agar jika terjadi bentorkan dengan kaum nasionalis, maka Jepanglah yang akan menjadi korban dahulu, Jepang dijadikan tameng sebagai pihak yang kalah untuk merealisasikan tujuan Sekutu dalam pertemuan rahasia antar pemimpin Sekutu di Inggris mengenai pembagian Asia Timur Raya ke dalam wilayah Sekutu kembali sesudah kekalahan Jepang. Pasukan Sekutu direncanakan sebagai pembawa perdamaian, datang mencoba menjadi penengah antara perseteruan Jepang dan kaum nasionalis Indonesia sehingga kalaupun ada yang harus dibenci maka rakyat Indonesia akan membenci Jepang dan menyambut kedatangan Sekutu sehingga proses pengambialihan kekuasaan akan berjalan mudah tanpa hambatan. Walau ternyata itu tidak juga berjalan sesuai skenario Sekutu. Pihak Jepang sendiri sebenarnya sudah tidak mau tahu lagi. Bahkan Jepang terkesan sengaja membiarkan para pejuang Indonesia dengan mudahnya mengambil alih persenjataan mereka yang kemudian digunakan untuk menghadapi Sekutu. Kejatuhan markas pasukan elite Jepang sekelas Gakukotai yang terkenal berani dalam waktu singkat ke tangan pejuang Indonesia pada awal proklamasi (padahal dari segi persenjataan Jepang lebih lengkap) menunjukkan keengganan Jepang disatu sisi untuk menuruti perintah Sekutu dan dukungan disatu sisi untuk melanjutkan perlawanan terhadap pasukan Sekutu. Bahkan tidak sedikit mantan prajurit dan perwira Jepang yang memilih bergabung dengan pasukan pejuang Indonesia untuk membantu pihak Indonesia menghadapi pasukan Sekutu.
SOURCE:
https://www.facebook.com/notes/das-bumorix/fakta-jepang-yang-selama-perang-asia-timur-raya-di-indonesia-yang-tidak-banyak-d/1566407326928189

Perang Lapland (1944-1945) dan intervensi Uni Soviet terhadap Finlandia


Perang Lapland, merupakan salah satu peperangan yang terjadi pada era akhir Perang Dunia II tepatnya antara tahun 1944-1945. Perag tersebut merupakan peperangan antara Finlandia dan Jerman dimana Finlandia mendeklarasikan perang terhadap Jerman untuk merebut wilayah Finlandia Utara tepatnya wilayah Lapland dimana di wilayah tersebut terdapat konsentrasi pasukan Jerman. Hal yang menarik untuk dikaji adalah peperangan tersebut pecah antara dua negara yang saling bersekutu dalam Perang Dunia II tersebut dan sama seperti Italia pada tahun 1943, perang ini terjadi karena adanya intervensi pihak ketiga terhadap hubungan kedua negara.

Finlandia dan Jerman menjalin persekutuan pada tahun 1941 untuk memerangi Uni Soviet. Sejak awal, Jerman memang menganggap Finlandia cukup penting dan alasan salah satunya Jerman menginvasi Uni Soviet adalah mencegah jatuhnya negara-negara penting di sekitar Uni Soviet ke dalam lingkaran Komunis dimana negara-negara tersebut umumnya memiliki hubungan dekat dengan Jerman. Finlandia sendiri memiliki bahan tambang yang dibutuhkan oleh Jerman di wilayah utara negaranya yaitu nikel sebagaimana Rumania memiliki ladang-ladang minyak di daerah Besserbia yang mana keduanya diincar oleh Uni Soviet. Ketika aliansi antara Jerman dan Finlandia terbentuk dan Finlandia bergabung dengan Pakta Axis untuk menyerang USSR, Jerman atas izin Finlandia menempatkan konsentrasi pasukan di wilayah Lapland utara Finlandia yang terdiri atas pasukan Jager, Gibergsjager, Panzer, Infantry, SS infantry, SS-Gibergsjager, and unit-unit Luftwaffe. Pasukan Jerman diletakkan di wilayah tersebut untuk dua tujuan yaitu mengamankan tambang nikel di wilayah tersebut dan melakukan operasi militer bersama pasukan Finlandia untuk merebut wilayah strategis militer Uni Soviet di Murmanks. Murmanks sendiri memang menjadi alasan bagi USSR untuk menginvasi Finlandia dalam "Winter War" untuk memperluas tapal batas wilayah strategis militer tersebut dengan mencaplok wilayah Finlandia yang kemudian menjadi alasan bagi Finlandia untuk bergabung dengan Jerman dan menyerang negara Komunis tersebut.

Hubungan Finlandia dan Jerman pada awalnya terjalin dengan baik. Kedua negara saling membantu dalam usaha peperangan mereka di Front Timur menghadapi Uni Soviet. Namun pada tahun 1943, mulai timbul kecurigaan dari para petinggi militer Jerman di wilayah Finlandia, bahwa Finlandia memiliki kemungkinan untuk melakukan perdamaian terpisah dengan Uni Soviet seiring dengan gerak maju Tentara Merah da penyerahan Italia kepada pihak Sekutu. Belajar dari pengalaman Italia, Jerman juga mempersiapkan berbagai kemungkinan adanya pembelotan dari pihak Finlandia baik itu berupa perjanjian damai terpisah maupun pembelotan secara politik dan bergabung dengan Tentara Merah untuk menyerbu konsentrasi pasukan Jerman di Finlandia Utara. Berbagai opsi yang disiapkan oleh komando tinggi Jerman di Finlandia termasuk kemungkinan adanya bentrokan bersenjata antara pasukan Jerman dan pasukan Finlandia yang didukung oleh Uni Soviet.

Kekhawatiran komando tinggi Jerman di Finlandia memang merupakan sebuah kenyataan. Di tahun 1944, seiring dengan gerak maju Tentara Merah, ada sebuah indikasi akan terjadinya perdamaian terpisah antara Finlandia dan Uni Soviet. Ditambah lagi pemerintahan Finlandia baru saja mengalami pergantian dan pemerintahan baru ini memiliki kemungkinan besar untuk berdamai dengan Uni Soviet dan meninggalkan Perang Dunia II. Josef Stalin, pemimpin USSR melihat pergantian ini sebagai kesempatan emas untuk menundukkan Finlandia tanpa melakukan operasi militer dan sekaligus mengusir pasukan Jerman di kawasan tersebut. Stalin menjanjikan sebuah perdamaian kepada pemerintahan baru Finlandia, namun Stalin juga mengajukan syarat yaitu Finlandia harus keluar dari Pakta Axis dan mengusir konsentrasi pasukan Jerman di kawasan Lapland tertanggal paling lambat 15 September 1944. Jika pasukan Jerman tidak juga keluar dari wilayah tersebut sampai batas waktu yang ditentukan, Finlandia harus menyatakan perang terhadap Jerman dan mengusir mereka dengan paksa. Sisa-sisa pasukan Jerman yang ada akan didemiliterisasikan dan diserahkan kepada pihak Soviet sebagai tahanan perang.

Permintaan Stalin tersebut sebenarnya sangat memberatkan Finlandia. Walaupun pemerintah baru Finlandia ingin mencapai perdamaian untuk menghindari invasi, namun pihak Finlandia tidak sampai hati jika harus mengusir paksa bahkan memerangi Jerman sendiri. Finlandia masih menaruh rasa simpati yang besar terhadap Jerman dan pasukan keduabelah pihak juga saling menghargai satu sama lain karena saling berbagi dan bertempur untuk menghadapi musuh bersama mereka (USSR). Bahkan selama Perang Dunia II, pasukan Jerman di wilayah Lapland mendapatkan pelatihan tempur dari opsir-opsir Finlandia, dan hubungan mereka sangat hangat dan akrab. Pihak Finlandia, mencoba mencari solusi untuk meminta Jerman mundur dengan perlahan dari wilayah Lapland dengan bantuan pasukan Finlandia. Permintaan tersebut dikirim oleh Mentri Luar Negri Finlandia "Carl Enckell" pada tanggal 2 September 1944 kepada Duta Besar Jerman di Helsinki. Permintaan tersebut sebenarnya sudah menandai adanya tensi antara pihak Jerman dan Finlandia.

Menganggapi permintaan yang disampaikan oleh Finlandia, pihak Jerman menanggapinya dengan berbeda. Jerman memandang adanya kepentingan pula dari Uni Soviet dibalik hal tersebut. Apabila pasukan Jerman mundur dari Finlandia, akan jelas meski tanpa peperangan Finlandia akan jatuh ke dalam poros Soviet dan terutama bahan tambang di kawasan Lapland akan jatuh ke tangan Tentara Merah dan dapat dijadikan bahan produksi mesin-mesin perang Soviet untuk menyerbu Jerman sendiri. Disisi lain dari segi strategis militer, Jerman juga berharap tetap dapat mengontrol arus lalu lintas di Teluk Finlandia dan mencegahnya jatuh ke tangan Soviet sebab jika sampai Teluk Finlandia jatuh maka AL Soviet akan memiliki akses bebas untuk berlayar dan mengancam perairan Jerman. Namun komando tinggi Jerman, berusaha menghindari peperangan terbuka dengan pihak Finlandia setuju dengan permintaan Finlandia dan mulai menarik mundur pasukannya ke wilayah Norwegia dengan kawalan pasukan Finlandia. Oleh Finlandia, pasukan Jerman diizinkan untuk menanam ranjau dan menghancurkan objek-objek vital untuk menghalangi kemungkinan masuknya Tentara Merah setalah pasukan Jerman mundur dari wilayah Finlandia Utara.

Namun, Jerman memiliki rencana lain. Bagaimanapun juga Jerman tidak akan membiarkan Uni Soviet menang dengan mudah sehingga pada tanggal 15 September 1944 pasukan Jerman menyerbu kembali wilayah Finlandia tepatnya wilayah pulau Suursari. Serangan Jerman ini merupakan bagian dari rencana jauh-jauh hari ditahun 1943, sebuah opsi militer yang akan dilakukan apabila Finlandia memang merencanakan sebuah perdamaian terpisah dengan pihak Soviet. Tujuan serangan Jerman tersebut bukan untuk menghancurkan pemerintahan Finlandia dan menduduki Finlandia demi menghalangi proses perdamaian antara Finlandia dan Soviet, namun lebih kepada strategis militer untuk menguasai wilayah Teluk Finlandia dan melanjutkan blokade terhadap akses AL Soviet di kawasan perairan sekitar Teluk Finlandia. Saat melakukan serangan pun, Jerman meminta pasukan Finlandia di pulau tersebut untuk menyerah dengan harapan mampu menguasai pulau itu tanpa harus terjadi pertumpahan darah, namun Finlandia menolak dan perang akhirnya tidak terelakan dan apa yang dikenal sebagai Perang Lapland akhirnya dimulai.

Keterlibatan Uni Soviet dalam merancang skenario peperangan ini terlihat ketika Tentara Merah tiba-tiba menyerbu Pestamo yang dikuasai oleh Divisi Gunung ke 7 dari pasukan Jerman. Serangan Tentara Merah ini dibarengi dengan serangan pasukan Finlandia membatalkan usaha mobilisasi Divisi Gunung Jerman tersebut. Pasukan Jerman akhirnya terusir dan Uni Soviet akhirnya berhasil mengontrol wilayah tambang nikel tersebut. Sebelumnya, pasukan Jerman diwilayah Lapland sudah dipersiapkan untuk mundur oleh komando tinggi Jerman di kawasan Finlandia untuk mencegah bentrok antara pasukan Jerman dan pasukan Finlandia, namun rencana itu batal ketika Jerman mengetahui Uni Soviet berada dibalik peristiwa tersebut. Masuknya Uni Soviet ke dalam kancah konflik Lapland membuat Jerman harus berpikir ulang mengenai rencana penarikan mundur pasukannya dari wilayah tersebut. Keterlibatan langsung Soviet memancing konflik yang terjadi untuk semakin memanas dan membuat Jerman menggunakan strategi baru dimana Jendral Lothar Rendulic menggunakan strategi bumi hangus terhadap kawasan Lapland untuk mencegahnya jatuh dalam kondisi utuh ketangan Tentara Merah. Pasukan Jerman kemudian secara perlahan ditarik mundur dari kawasan tersebut ke arah Muonio namun terganggung oleh serangan pasukan Finlandia ke wilayah gerak mundur pasukan Jerman di Rovaniemi. Hanya saja sekalipun pasukan Finlandia melakukan serangan penuh, sebagian besar pasukan Jerman masih dapat meloloskan diri menuju ke wilayah Norwegia. Hal tersebut menimbulkan sebuah pendapat bahwa Finlandia tidak bersungguh-sungguh dalam melakukan operasi militer tersebut. Pihak Soviet bahkan mencurigai, Finlandia sengaja membiarkan sebagian besar pasukan Jerman untuk mundur dan menyerang tidak pada rute yang sebenarnya. Pasukan Jerman pada akhirnya tetap saja dapat meloloskan diri ke wilayah Norwegia dan sisa-sisa pasukan Jerman terakhir berhasil ditarik mundur pada tanggal 28 April 1945.

Pada dasarnya Perang Lapland bukanlah merupakan konflik sebenarnya antara Jerman dan Finlandia. Konflik yang berbuah peperangan itu merupakan skenario yang diciptakan USSR untuk melemahkan konsentrasi pasukan Jerman di Finlandia sekaligus menguasai wilayah strategis Finlandia (Lapland dan Teluk Finlandia) tanpa mengerahkan Tentara Merah. Perang Lapland sendiri sudah terlihat campur tangan USSR yang mendikte Finlandia untuk melakukan peperangan menyeluruh terhadap Jerman seperti tuntutan Stalin agar pasukan Jerman mundur dari wilayah Lapland dan pemutusan hubungan diplomatik antara Finlandia dan Jerman sebagai syarat perdamaian. Selain itu pihak Soviet juga memaksa Finlandia untuk menghabisi pasukan Jerman secara total meskipun pihak Finlandia enggan untuk melakukannya. Keengganan tersebut lebih dikarenakan memang Finlandia tidak memiliki niat untuk memerangi Jerman sejak awal begitu pula dengan pasukan Jerman terhadap Finlandia mengingat hubungan erat antar kedua negara. Untuk memastikan Finlandia tidak melenceng dari tugasnya, Soviet bahkan mengancam akan melakukan tindakan lebih jauh terhadap Finlandia yang dapat diterjemahkan sebagai invasi Uni Soviet terhadap Finlandia. Meski demikian, pada kenyataannya kedua belah pihak yang bertempur sama sekali tidak berniat untuk saling menghabisi. Bahkan serangan pasukan Finlandia terhadap gerakan mundur pasukan Jerman di Rovaniemi justru berakhir dengan keberhasilan pasukan Jerman menarik mundur pasukannya ke wilayah Norwegia.

SOURCES:
http://media.wfyi.org/fireandice/history/lapland.htm
http://countrystudies.us/finland/21.htm

About

mein_liebe.inc. Diberdayakan oleh Blogger.

Search

Translate