WE ARE SHARE WHO WE ARE KNOW

In Memoriam Perang Yom Kippur

Share on :
Perang Yom Kippur yang terjadi tgl 6 Oktober sampai 25 Oktober 1973 merupakan salah satu peristiwa paling bersejarah di antara 3 negara yang paling terlibat di dalamnya, yaitu Syria, Mesir dan Israel.
Bagi bangsa-bangsa Arab, perang tersebut membuktikan bahwa mereka sanggup mengalahkan
Israel yang sebelumnya dianggap sebagai kekuatan yang tidak bisa dikalahkan. Sebaliknya bagi
bangsa Israel, perang tersebut meruntuhkan kesombongan mereka sebagai kekuatan militer yang tidak terkalahkan oleh tetangga-tetangga
sekaligus musuhnya orang-orang Arab.
Secara umum perang tersebut digambarkan sebagai upaya bersama Mesir dan Syria untuk
merebut kembali wilayah mereka yang diduduki Israel sejak Perang 6 Hari tahun 1967. Mesir dan
Syria awalnya berhasil mencapai tujuan mereka dengan mengusir Israel dari wilayah yang diduduki,
yaitu Sinai (Mesir) dan Golan (Syria), namun akhirnya Israel berhasil menduduki kembali wilayah-wilayah tersebut. Namun ada banyak hal
yang tidak ditulis dalam buku-buku sejarah dan dibahas oleh media-media massa umumnya, yaitu
pengkhianatan pemimpin Mesir Anwar Sadat terhadap Syria , serta
bantuan tanpa batas Amerika terhadap Israel, termasuk mengirim pesawat-pesawat tempur beserta pilotnya yang disamarkan hingga bantuan informasi inteligen dengan menggunakan peralatan paling canggih saat itu seperti pesawat pengintai SR-71 Blackbird. Dan satu lagi informasi penting namun luput dari perhatian publik, yaitu nyarisnya
Israel menggunakan bom nuklir untuk menghentikan laju pasukan Syria dan Mesir.
Setelah perang itu, Mesir dan Syria yang sebelumnya adalah sekutu dekat hingga pernah menyatukan diri dalam satu negara, memilih jalan
berbeda dalam hubungan mereka dengan Israel. Mesir memilih berdamai dengan Israel dengan
imbalan mendapatkan kembali Sinai meski dengan kedaulatan yang tidak lagi utuh karena Israel juga diberi kewenangan campur tangan di wilayah itu. Imbalan lainnya adalah bantuan militer senilai miliaran dolar setiap tahun oleh Amerika.
Sebaliknya Syria tetap memilih jalan perang, hingga sekarang. Pada tahun 1982, sekali lagi Syria terlibat perang terbuka melawan Israel saat membantu tetangga Arab-nya, m Lebanon, yang diserang Israel. Namun kala itu Syria tidak lagi
bersekutu dengan negara-negara Arab lainnya memerangi Israel, melainkan dengan Iran.
Pada perang itu Presiden Mesir Anwar Sadat dan Presiden Syria Hafez al Assad memiliki motif yang
berbeda. Sadat hanya tidak ingin dipandang sebagai pemimpin "impoten" yang tidak berani
melawan Israel dan mengembalikan Sinai yang diduduki Israel. Sementara Hafez benar-benar
serius untuk mengalahkan Israel dan merebut kembali Golan.
Secara diam-diam Sadat bersepakat dengan PM Israel Golda Meier untuk membiarkan tentara Mesir merebut Sinai dan memberi kesempatan Israel mengkonsentrasikan kekuatannya menghadapi
Syria. Hal ini dipenuhi Sadat dengan
memerintahkan tentaranya berhenti dan duduk- duduk di Sinai, dan bukannya melanjutkan serangannya ke jantung Israel. Yang lebih parah
lagi, Tentara Ke-III yang ditugaskan menyerang Sinai tidak didukung oleh kekuatan pasukan lainnya untuk menjaga jalur suplai. Akibatnya
ketika tentara Israel menyerang balik, satuan itu terkepung sendirian, dan Mesir pun akhirnya setuju
untuk gencatan senjata. Akibatnya Syria harus menanggung beban perang yang lebih berat lagi.
Bertempur relatif sendirian menghadapi gabungan kekuatan Israel dan Amerika (dukungan kekuatan negara-negara Arab tidak cukup signifikan), Syria pun akhirnya mundur kembali dari Golan yang
sempat direbutnya dari Israel. Dalam perang itu Syria harus kehilangan 6.000 tentaranya. Dalam perang tersebut Israel yang kehilangan
hampir 3.000 tentaranya memang berhasil membalikkan kemenangan Mesir dan Syria di awal perang menjadi kemenangan mereka di akhir perang. Namun predikat "kekuatan tak terkalahkan"
yang disandang Israel berhasil diruntuhkan. Dan hal itu bertambah kuat setelah Hizbollah dan
kelompok "Perlawanan" Lebanon berhasil mengusir Israel dari Lebanon tahun 2000 dan sekali lagi tahun 2006.
Sejak saat itu Israel tidak lagi memiliki kepercayaan diri untuk menyerang negara-negara
tetangganya kecuali ada jaminan perlindungan dari Amerika.
SOURCES:
- "War Self-Delusion"; FRANKLIN LAMB; Veterans Today ; 4 Oktober 2013
- https://www.facebook.com/dani.alghazi/posts/4228248362368?comment_id=4228364565273&offset=0&total_comments=8&notif_t=mentions_comment

1 komentar:

Fox mengatakan... 15 Juli 2019 pukul 12.35

jasa taman minimalis
vertikal taman vertical garden
arsitek lansekap pertamanan
jasa pembuat taman
jasa tukang taman
forum indonesia

About

mein_liebe.inc. Diberdayakan oleh Blogger.

Search

Translate