WE ARE SHARE WHO WE ARE KNOW

Fakta Jepang yang selama Perang Asia Timur Raya (di Indonesia) yang tidak banyak diketahui

Share on :

Fakta Pertama, Dalam buku "Perebutan Daerah Nanyo" sebelum Jepang memutuskan untuk melawan AS dan sekutu-sekutunya, para petinggi militer Jepang saling bertempu dalam rapat parlemen Fasis Jepang dimana pihak Jepang membahas rencana pembangunan Lingkungan Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya. Jepang khususnya para petinggi militer AD menginginkan sebuah pembangunan persemakmuran raksasa dimana Jepang menjadi negara pelindung utama dari Asia Timur Raya menaungi negara-negara Asia lainnya dan memimpin mereka untuk berperang melawan Sekutu. Tambahan lain adalah bahwa Jepang berencana menjadikan Indonesia sebagai pusat dari persemakmuran Asia Timur Raya, menjadikan Indonesia sebagai negara pelindungan utama dengan nama "Negara Kebangsaan Hindia Timur".

Fakta Kedua, dalam buku "Dalam Cengkraman Dai Nippon" disebutkan bahwa Jepang sangat kagum dengan Indonesia. Indonesia dipandang Jepang sebagai satu-satunya negara Asia selain Jepang sendiri yang bebas dari kontaminasi Barat Kolonial dan memiliki rasa kebanggaan tinggi terhadap kebudayaan mereka. Jepang membandingkan dengan Korea dimana kebudayaan negara tersebut sudah menghilang karena sejarah Korea memang sejak dahulu selalu berada dibawah bayang-bayang Cina sehingga Korea tidak memilik jati diri sendiri. Untuk Cina, Jepang juga memandang Cina sudah terkontaminasi oleh pengaruh Barat melalui opium yang beredar luas di penghujung Dinasti Qing. Kekaguman Jepang terhadap Indonesia membuat Jepang memutuskan bahwa Indonesia akan menjadi salah satu pusat kebudayaan Asia Timur Raya dan Jepang tidak perlu menanamkan proses Niponisasi namun hanya membantu Indonesia dengan menyuntikan semangat Nippon Senshin dan semangat Bushido agar kemurnian Indonesia tetap terjaga dari intervensi Barat.

Fakta Ketiga, dalam buku yang sama, Pemerintah Jepang sejak awal sudah berencana untuk memerdekan Indonesia dan menjadikan Indonesia sebagai salah satu bagian dari negara-negara Lingkungan Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya. Pembahasan mengenai kemerdekaan Indonesia oleh Jepang dilakukan dalam rapat Parlemen Fasis Jepang yang dibacakan langsung oleh Perdana Mentri Hideki Tojo. Bahkan Hideki Tojo melakukan kunjungan langsung ke Indonesia untuk melihat kesiapan rakyat Indonesia apabila Indonesia kelak akan berdiri sendiri dalam Lingkungan Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya.

Fakta Keempat, Kekejaman Jepang terhadap Indonesia banyak yang dibesar-besarkan. Termasuk perilaku diskriminatif terhadap anggota PETA/HEIHO oleh para opsir Jepang. Dalam catatan Jendral Achmad Yani yang saat itu menjadi salah satu anggota PETA, beliau menyebutkan bahwa gaji yang diterima anggota PETA sangatlah besar. Bahkan cukup untuk memberikan dirinya dan keluarganya makanan yang layak seperti daging sapi/daging ayam sebagai lauknya. Bahkan ransum prajurit PETA juga sama besarnya dengan ransum prajurit Jepang sendiri. Namun ketika Sekutu mulai memblokade jalur perairan Jepang, Jepang akhirnya kekuarangan ransum, kelangkaan itu lalu diatasi dengan ransum tepung tapioka plus air untuk menutupi kelangkaan bahan makanan yang diderita militer Jepang dipenghujung Perang Dunia II. Bahkan melalui mulut seorang veteran pejuang sendiri (yang saya temui dalam kunjungn Himaprodi Ilmu Politik Unair ke rumah cacat veteran dalam rangka 10 November), beliau menyatakan bahwa sikap Tentara Jepang banyak yang baik sebenarnya. Memang Jepang dikenal sangat tegas, tamparan dan tendangan merupakan hal biasa bagi mereka yang melakukan tindakan tidak disiplin namun pujian dan penghargaan bukan hal yang langka yang disematkan oleh opsir-opsir Jepang kepada para prajurit PETA yang benar2 mencetak prestasi. Bahkan tidak jarang antara Prajurit Jepang dan Prajurit PETA saling bertukar rokok sebagai tanda persahabatan.

Fakta Kelima, dalam buku "Sejarah Indonesia" disebutkan bahwa ditahun 1944, Panglima Militer Jepang di seluruh Asia Tenggara mengadakan pembicaraan rahasia mengenai upaya untuk mencegah jatuhnya Asia Tenggara termasuk Indonesia ke dalam pengaruh Sekutu apabila Jepang kelak akan kalah. Pembicaraan itu juga mencakup rencana kemerdekaan negara-negara Asia Tenggara sebelum Jepang benar-benar jatuh. Indonesia khususnya diberikan posisi paling vital karena letak strategis Indonesia memungkinkan Kolonialis Barat untuk kembali menancapkan pengaruh di Indonesia. atas dasar itulah, rencana kemerdekaan Indonesia disusun oleh para petinggi militer Jepang termasuk tanggal pelaksanaannya yang diikuti oleh penarikan mundur pasukan Jepang secara perlahan dari Indonesia. Penarikan mundur itu dilakukan Jepang untuk mencegah Indonesia menjadi medan pertempuran antara pasukan Jepang dan Sekutu sehingga memperkecil kemungkinan pendaratan Sekutu dan kembalinya penjajahan Belanda di Indonesia. Hal tersebut membuktikan bahwa rencana pembentukan BPUPKI dan PPKI bukanlah akal-akalan Jepang untuk menarik simpati saja, sebab pembicaraan mengenai rencana kemerdekaan Indonesia sudah dibahas sejak tahun 1943 oleh PM Hideki Tojo dan dilanjutkan ditahun 1944 di Singapura. Hanya saja poin pembentukan persemakmuran sudah dihapuskan sebab kekalahan Jepang yang sudah semakin dekat pastinya menyebabkan Jepang tidak akan sanggup lagi melindungi persemakmuran dengan wilayah yang begitu luas sehingga Jepang membatalkan rencana persemakmuran Asia Timur Raya dan menggantinya dengan rencana menyerahkan kemerdekaan Indonesia ditangan bangsa Indonesia sendiri dengan Jepang sebagai fasilitatornya. Penarikan mundur pasukan Jepang dari Indonesia dijadwalkan secara bertahap dimulai dari 27 September 1945 untuk kembali ke tanah Jepang dan bersiap menghadapi invasi Sekutu. Sayangnya rencana tersebut gagal dengan jatuhnya Bom Atom di Hiroshima dan Nagasaki serta masuknya Tentara Merah ke Manchuria yang menyebabkan Jepang harus menyerah sebelum rencana mereka terlaksana.

Fakta Keenam, Tindakan Indispliner dari pasukan Jepang sendiri sudah mendapat reaksi tegas dari pemerintah militer Jepang dan bahkan banyak oknum yang terlibat juga sudah dihukum. Fakta dalam buku "Soekarno Penyambung Lidah Rakyat" kebanyakan tindakan indisipliner yang digolongkan sebagai tindakan kejam tersebut banyak dilakukan oleh prajurit yang tidak berasal dari Jepang namun oleh prajurit yang mayoritas berasal dari Korea dan sejarah Perang Asia Timur Raya juga mencatat hal yang sama bahwa tingkat disiplin prajurit-prajurit Jepang asal Korea sangatlah rendah berbeda dengan prajurit PETA, HEIHO, GIYUGUN, dsb yang dididik Jepang di Indonesia yang justru memiliki kedisiplinan yang sangat tinggi.

Fakta Ketujuh, Tindakan yang dilakukan Jepang ketika Indonesia baru merdeka yang dianggap sebagai tindakan upaya penghalang-halangan kemerdekaan sebenarnya tidaklah demikian. Oleh kalangan anti Fasis dan pemenang perang, tindakan Jepang ini sering dijadikan alasan Jepang bermuka dua dalam proses membantu kemerdekaan Indonesia. Sebenarnya kita harus bisa pula menarik logika dalam persitiwa tersebut. Jepang sudah kalah, nasib pihak yang kalah sepenuhnya berada pada pihak yang menang. Sekutu sebagai pemenang perang memerintahkan Jepang untuk mempertahankan status quo di Indonesia sampai pendaratan pasukan AFNEI. Strategi Sekutu tersebut jelas, agar jika terjadi bentorkan dengan kaum nasionalis, maka Jepanglah yang akan menjadi korban dahulu, Jepang dijadikan tameng sebagai pihak yang kalah untuk merealisasikan tujuan Sekutu dalam pertemuan rahasia antar pemimpin Sekutu di Inggris mengenai pembagian Asia Timur Raya ke dalam wilayah Sekutu kembali sesudah kekalahan Jepang. Pasukan Sekutu direncanakan sebagai pembawa perdamaian, datang mencoba menjadi penengah antara perseteruan Jepang dan kaum nasionalis Indonesia sehingga kalaupun ada yang harus dibenci maka rakyat Indonesia akan membenci Jepang dan menyambut kedatangan Sekutu sehingga proses pengambialihan kekuasaan akan berjalan mudah tanpa hambatan. Walau ternyata itu tidak juga berjalan sesuai skenario Sekutu. Pihak Jepang sendiri sebenarnya sudah tidak mau tahu lagi. Bahkan Jepang terkesan sengaja membiarkan para pejuang Indonesia dengan mudahnya mengambil alih persenjataan mereka yang kemudian digunakan untuk menghadapi Sekutu. Kejatuhan markas pasukan elite Jepang sekelas Gakukotai yang terkenal berani dalam waktu singkat ke tangan pejuang Indonesia pada awal proklamasi (padahal dari segi persenjataan Jepang lebih lengkap) menunjukkan keengganan Jepang disatu sisi untuk menuruti perintah Sekutu dan dukungan disatu sisi untuk melanjutkan perlawanan terhadap pasukan Sekutu. Bahkan tidak sedikit mantan prajurit dan perwira Jepang yang memilih bergabung dengan pasukan pejuang Indonesia untuk membantu pihak Indonesia menghadapi pasukan Sekutu.

Fakta Pertama, Dalam buku "Perebutan Daerah Nanyo" sebelum Jepang memutuskan untuk melawan AS dan sekutu-sekutunya, para petinggi militer Jepang saling bertempu dalam rapat parlemen Fasis Jepang dimana pihak Jepang membahas rencana pembangunan Lingkungan Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya. Jepang khususnya para petinggi militer AD menginginkan sebuah pembangunan persemakmuran raksasa dimana Jepang menjadi negara pelindung utama dari Asia Timur Raya menaungi negara-negara Asia lainnya dan memimpin mereka untuk berperang melawan Sekutu. Tambahan lain adalah bahwa Jepang berencana menjadikan Indonesia sebagai pusat dari persemakmuran Asia Timur Raya, menjadikan Indonesia sebagai negara pelindungan utama dengan nama "Negara Kebangsaan Hindia Timur".

Fakta Kedua, dalam buku "Dalam Cengkraman Dai Nippon" disebutkan bahwa Jepang sangat kagum dengan Indonesia. Indonesia dipandang Jepang sebagai satu-satunya negara Asia selain Jepang sendiri yang bebas dari kontaminasi Barat Kolonial dan memiliki rasa kebanggaan tinggi terhadap kebudayaan mereka. Jepang membandingkan dengan Korea dimana kebudayaan negara tersebut sudah menghilang karena sejarah Korea memang sejak dahulu selalu berada dibawah bayang-bayang Cina sehingga Korea tidak memilik jati diri sendiri. Untuk Cina, Jepang juga memandang Cina sudah terkontaminasi oleh pengaruh Barat melalui opium yang beredar luas di penghujung Dinasti Qing. Kekaguman Jepang terhadap Indonesia membuat Jepang memutuskan bahwa Indonesia akan menjadi salah satu pusat kebudayaan Asia Timur Raya dan Jepang tidak perlu menanamkan proses Niponisasi namun hanya membantu Indonesia dengan menyuntikan semangat Nippon Senshin dan semangat Bushido agar kemurnian Indonesia tetap terjaga dari intervensi Barat.

Fakta Ketiga, dalam buku yang sama, Pemerintah Jepang sejak awal sudah berencana untuk memerdekan Indonesia dan menjadikan Indonesia sebagai salah satu bagian dari negara-negara Lingkungan Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya. Pembahasan mengenai kemerdekaan Indonesia oleh Jepang dilakukan dalam rapat Parlemen Fasis Jepang yang dibacakan langsung oleh Perdana Mentri Hideki Tojo. Bahkan Hideki Tojo melakukan kunjungan langsung ke Indonesia untuk melihat kesiapan rakyat Indonesia apabila Indonesia kelak akan berdiri sendiri dalam Lingkungan Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya.

Fakta Keempat, Kekejaman Jepang terhadap Indonesia banyak yang dibesar-besarkan. Termasuk perilaku diskriminatif terhadap anggota PETA/HEIHO oleh para opsir Jepang. Dalam catatan Jendral Achmad Yani yang saat itu menjadi salah satu anggota PETA, beliau menyebutkan bahwa gaji yang diterima anggota PETA sangatlah besar. Bahkan cukup untuk memberikan dirinya dan keluarganya makanan yang layak seperti daging sapi/daging ayam sebagai lauknya. Bahkan ransum prajurit PETA juga sama besarnya dengan ransum prajurit Jepang sendiri. Namun ketika Sekutu mulai memblokade jalur perairan Jepang, Jepang akhirnya kekuarangan ransum, kelangkaan itu lalu diatasi dengan ransum tepung tapioka plus air untuk menutupi kelangkaan bahan makanan yang diderita militer Jepang dipenghujung Perang Dunia II. Bahkan melalui mulut seorang veteran pejuang sendiri (yang saya temui dalam kunjungn Himaprodi Ilmu Politik Unair ke rumah cacat veteran dalam rangka 10 November), beliau menyatakan bahwa sikap Tentara Jepang banyak yang baik sebenarnya. Memang Jepang dikenal sangat tegas, tamparan dan tendangan merupakan hal biasa bagi mereka yang melakukan tindakan tidak disiplin namun pujian dan penghargaan bukan hal yang langka yang disematkan oleh opsir-opsir Jepang kepada para prajurit PETA yang benar2 mencetak prestasi. Bahkan tidak jarang antara Prajurit Jepang dan Prajurit PETA saling bertukar rokok sebagai tanda persahabatan.

Fakta Kelima, dalam buku "Sejarah Indonesia" disebutkan bahwa ditahun 1944, Panglima Militer Jepang di seluruh Asia Tenggara mengadakan pembicaraan rahasia mengenai upaya untuk mencegah jatuhnya Asia Tenggara termasuk Indonesia ke dalam pengaruh Sekutu apabila Jepang kelak akan kalah. Pembicaraan itu juga mencakup rencana kemerdekaan negara-negara Asia Tenggara sebelum Jepang benar-benar jatuh. Indonesia khususnya diberikan posisi paling vital karena letak strategis Indonesia memungkinkan Kolonialis Barat untuk kembali menancapkan pengaruh di Indonesia. atas dasar itulah, rencana kemerdekaan Indonesia disusun oleh para petinggi militer Jepang termasuk tanggal pelaksanaannya yang diikuti oleh penarikan mundur pasukan Jepang secara perlahan dari Indonesia. Penarikan mundur itu dilakukan Jepang untuk mencegah Indonesia menjadi medan pertempuran antara pasukan Jepang dan Sekutu sehingga memperkecil kemungkinan pendaratan Sekutu dan kembalinya penjajahan Belanda di Indonesia. Hal tersebut membuktikan bahwa rencana pembentukan BPUPKI dan PPKI bukanlah akal-akalan Jepang untuk menarik simpati saja, sebab pembicaraan mengenai rencana kemerdekaan Indonesia sudah dibahas sejak tahun 1943 oleh PM Hideki Tojo dan dilanjutkan ditahun 1944 di Singapura. Hanya saja poin pembentukan persemakmuran sudah dihapuskan sebab kekalahan Jepang yang sudah semakin dekat pastinya menyebabkan Jepang tidak akan sanggup lagi melindungi persemakmuran dengan wilayah yang begitu luas sehingga Jepang membatalkan rencana persemakmuran Asia Timur Raya dan menggantinya dengan rencana menyerahkan kemerdekaan Indonesia ditangan bangsa Indonesia sendiri dengan Jepang sebagai fasilitatornya. Penarikan mundur pasukan Jepang dari Indonesia dijadwalkan secara bertahap dimulai dari 27 September 1945 untuk kembali ke tanah Jepang dan bersiap menghadapi invasi Sekutu. Sayangnya rencana tersebut gagal dengan jatuhnya Bom Atom di Hiroshima dan Nagasaki serta masuknya Tentara Merah ke Manchuria yang menyebabkan Jepang harus menyerah sebelum rencana mereka terlaksana.

Fakta Keenam, Tindakan Indispliner dari pasukan Jepang sendiri sudah mendapat reaksi tegas dari pemerintah militer Jepang dan bahkan banyak oknum yang terlibat juga sudah dihukum. Fakta dalam buku "Soekarno Penyambung Lidah Rakyat" kebanyakan tindakan indisipliner yang digolongkan sebagai tindakan kejam tersebut banyak dilakukan oleh prajurit yang tidak berasal dari Jepang namun oleh prajurit yang mayoritas berasal dari Korea dan sejarah Perang Asia Timur Raya juga mencatat hal yang sama bahwa tingkat disiplin prajurit-prajurit Jepang asal Korea sangatlah rendah berbeda dengan prajurit PETA, HEIHO, GIYUGUN, dsb yang dididik Jepang di Indonesia yang justru memiliki kedisiplinan yang sangat tinggi.

Fakta Ketujuh, Tindakan yang dilakukan Jepang ketika Indonesia baru merdeka yang dianggap sebagai tindakan upaya penghalang-halangan kemerdekaan sebenarnya tidaklah demikian. Oleh kalangan anti Fasis dan pemenang perang, tindakan Jepang ini sering dijadikan alasan Jepang bermuka dua dalam proses membantu kemerdekaan Indonesia. Sebenarnya kita harus bisa pula menarik logika dalam persitiwa tersebut. Jepang sudah kalah, nasib pihak yang kalah sepenuhnya berada pada pihak yang menang. Sekutu sebagai pemenang perang memerintahkan Jepang untuk mempertahankan status quo di Indonesia sampai pendaratan pasukan AFNEI. Strategi Sekutu tersebut jelas, agar jika terjadi bentorkan dengan kaum nasionalis, maka Jepanglah yang akan menjadi korban dahulu, Jepang dijadikan tameng sebagai pihak yang kalah untuk merealisasikan tujuan Sekutu dalam pertemuan rahasia antar pemimpin Sekutu di Inggris mengenai pembagian Asia Timur Raya ke dalam wilayah Sekutu kembali sesudah kekalahan Jepang. Pasukan Sekutu direncanakan sebagai pembawa perdamaian, datang mencoba menjadi penengah antara perseteruan Jepang dan kaum nasionalis Indonesia sehingga kalaupun ada yang harus dibenci maka rakyat Indonesia akan membenci Jepang dan menyambut kedatangan Sekutu sehingga proses pengambialihan kekuasaan akan berjalan mudah tanpa hambatan. Walau ternyata itu tidak juga berjalan sesuai skenario Sekutu. Pihak Jepang sendiri sebenarnya sudah tidak mau tahu lagi. Bahkan Jepang terkesan sengaja membiarkan para pejuang Indonesia dengan mudahnya mengambil alih persenjataan mereka yang kemudian digunakan untuk menghadapi Sekutu. Kejatuhan markas pasukan elite Jepang sekelas Gakukotai yang terkenal berani dalam waktu singkat ke tangan pejuang Indonesia pada awal proklamasi (padahal dari segi persenjataan Jepang lebih lengkap) menunjukkan keengganan Jepang disatu sisi untuk menuruti perintah Sekutu dan dukungan disatu sisi untuk melanjutkan perlawanan terhadap pasukan Sekutu. Bahkan tidak sedikit mantan prajurit dan perwira Jepang yang memilih bergabung dengan pasukan pejuang Indonesia untuk membantu pihak Indonesia menghadapi pasukan Sekutu.

Fakta Pertama, Dalam buku "Perebutan Daerah Nanyo" sebelum Jepang memutuskan untuk melawan AS dan sekutu-sekutunya, para petinggi militer Jepang saling bertempu dalam rapat parlemen Fasis Jepang dimana pihak Jepang membahas rencana pembangunan Lingkungan Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya. Jepang khususnya para petinggi militer AD menginginkan sebuah pembangunan persemakmuran raksasa dimana Jepang menjadi negara pelindung utama dari Asia Timur Raya menaungi negara-negara Asia lainnya dan memimpin mereka untuk berperang melawan Sekutu. Tambahan lain adalah bahwa Jepang berencana menjadikan Indonesia sebagai pusat dari persemakmuran Asia Timur Raya, menjadikan Indonesia sebagai negara pelindungan utama dengan nama "Negara Kebangsaan Hindia Timur".

Fakta Kedua, dalam buku "Dalam Cengkraman Dai Nippon" disebutkan bahwa Jepang sangat kagum dengan Indonesia. Indonesia dipandang Jepang sebagai satu-satunya negara Asia selain Jepang sendiri yang bebas dari kontaminasi Barat Kolonial dan memiliki rasa kebanggaan tinggi terhadap kebudayaan mereka. Jepang membandingkan dengan Korea dimana kebudayaan negara tersebut sudah menghilang karena sejarah Korea memang sejak dahulu selalu berada dibawah bayang-bayang Cina sehingga Korea tidak memilik jati diri sendiri. Untuk Cina, Jepang juga memandang Cina sudah terkontaminasi oleh pengaruh Barat melalui opium yang beredar luas di penghujung Dinasti Qing. Kekaguman Jepang terhadap Indonesia membuat Jepang memutuskan bahwa Indonesia akan menjadi salah satu pusat kebudayaan Asia Timur Raya dan Jepang tidak perlu menanamkan proses Niponisasi namun hanya membantu Indonesia dengan menyuntikan semangat Nippon Senshin dan semangat Bushido agar kemurnian Indonesia tetap terjaga dari intervensi Barat.

Fakta Ketiga, dalam buku yang sama, Pemerintah Jepang sejak awal sudah berencana untuk memerdekan Indonesia dan menjadikan Indonesia sebagai salah satu bagian dari negara-negara Lingkungan Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya. Pembahasan mengenai kemerdekaan Indonesia oleh Jepang dilakukan dalam rapat Parlemen Fasis Jepang yang dibacakan langsung oleh Perdana Mentri Hideki Tojo. Bahkan Hideki Tojo melakukan kunjungan langsung ke Indonesia untuk melihat kesiapan rakyat Indonesia apabila Indonesia kelak akan berdiri sendiri dalam Lingkungan Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya.

Fakta Keempat, Kekejaman Jepang terhadap Indonesia banyak yang dibesar-besarkan. Termasuk perilaku diskriminatif terhadap anggota PETA/HEIHO oleh para opsir Jepang. Dalam catatan Jendral Achmad Yani yang saat itu menjadi salah satu anggota PETA, beliau menyebutkan bahwa gaji yang diterima anggota PETA sangatlah besar. Bahkan cukup untuk memberikan dirinya dan keluarganya makanan yang layak seperti daging sapi/daging ayam sebagai lauknya. Bahkan ransum prajurit PETA juga sama besarnya dengan ransum prajurit Jepang sendiri. Namun ketika Sekutu mulai memblokade jalur perairan Jepang, Jepang akhirnya kekuarangan ransum, kelangkaan itu lalu diatasi dengan ransum tepung tapioka plus air untuk menutupi kelangkaan bahan makanan yang diderita militer Jepang dipenghujung Perang Dunia II. Bahkan melalui mulut seorang veteran pejuang sendiri (yang saya temui dalam kunjungn Himaprodi Ilmu Politik Unair ke rumah cacat veteran dalam rangka 10 November), beliau menyatakan bahwa sikap Tentara Jepang banyak yang baik sebenarnya. Memang Jepang dikenal sangat tegas, tamparan dan tendangan merupakan hal biasa bagi mereka yang melakukan tindakan tidak disiplin namun pujian dan penghargaan bukan hal yang langka yang disematkan oleh opsir-opsir Jepang kepada para prajurit PETA yang benar2 mencetak prestasi. Bahkan tidak jarang antara Prajurit Jepang dan Prajurit PETA saling bertukar rokok sebagai tanda persahabatan.

Fakta Kelima, dalam buku "Sejarah Indonesia" disebutkan bahwa ditahun 1944, Panglima Militer Jepang di seluruh Asia Tenggara mengadakan pembicaraan rahasia mengenai upaya untuk mencegah jatuhnya Asia Tenggara termasuk Indonesia ke dalam pengaruh Sekutu apabila Jepang kelak akan kalah. Pembicaraan itu juga mencakup rencana kemerdekaan negara-negara Asia Tenggara sebelum Jepang benar-benar jatuh. Indonesia khususnya diberikan posisi paling vital karena letak strategis Indonesia memungkinkan Kolonialis Barat untuk kembali menancapkan pengaruh di Indonesia. atas dasar itulah, rencana kemerdekaan Indonesia disusun oleh para petinggi militer Jepang termasuk tanggal pelaksanaannya yang diikuti oleh penarikan mundur pasukan Jepang secara perlahan dari Indonesia. Penarikan mundur itu dilakukan Jepang untuk mencegah Indonesia menjadi medan pertempuran antara pasukan Jepang dan Sekutu sehingga memperkecil kemungkinan pendaratan Sekutu dan kembalinya penjajahan Belanda di Indonesia. Hal tersebut membuktikan bahwa rencana pembentukan BPUPKI dan PPKI bukanlah akal-akalan Jepang untuk menarik simpati saja, sebab pembicaraan mengenai rencana kemerdekaan Indonesia sudah dibahas sejak tahun 1943 oleh PM Hideki Tojo dan dilanjutkan ditahun 1944 di Singapura. Hanya saja poin pembentukan persemakmuran sudah dihapuskan sebab kekalahan Jepang yang sudah semakin dekat pastinya menyebabkan Jepang tidak akan sanggup lagi melindungi persemakmuran dengan wilayah yang begitu luas sehingga Jepang membatalkan rencana persemakmuran Asia Timur Raya dan menggantinya dengan rencana menyerahkan kemerdekaan Indonesia ditangan bangsa Indonesia sendiri dengan Jepang sebagai fasilitatornya. Penarikan mundur pasukan Jepang dari Indonesia dijadwalkan secara bertahap dimulai dari 27 September 1945 untuk kembali ke tanah Jepang dan bersiap menghadapi invasi Sekutu. Sayangnya rencana tersebut gagal dengan jatuhnya Bom Atom di Hiroshima dan Nagasaki serta masuknya Tentara Merah ke Manchuria yang menyebabkan Jepang harus menyerah sebelum rencana mereka terlaksana.

Fakta Keenam, Tindakan Indispliner dari pasukan Jepang sendiri sudah mendapat reaksi tegas dari pemerintah militer Jepang dan bahkan banyak oknum yang terlibat juga sudah dihukum. Fakta dalam buku "Soekarno Penyambung Lidah Rakyat" kebanyakan tindakan indisipliner yang digolongkan sebagai tindakan kejam tersebut banyak dilakukan oleh prajurit yang tidak berasal dari Jepang namun oleh prajurit yang mayoritas berasal dari Korea dan sejarah Perang Asia Timur Raya juga mencatat hal yang sama bahwa tingkat disiplin prajurit-prajurit Jepang asal Korea sangatlah rendah berbeda dengan prajurit PETA, HEIHO, GIYUGUN, dsb yang dididik Jepang di Indonesia yang justru memiliki kedisiplinan yang sangat tinggi.

Fakta Ketujuh, Tindakan yang dilakukan Jepang ketika Indonesia baru merdeka yang dianggap sebagai tindakan upaya penghalang-halangan kemerdekaan sebenarnya tidaklah demikian. Oleh kalangan anti Fasis dan pemenang perang, tindakan Jepang ini sering dijadikan alasan Jepang bermuka dua dalam proses membantu kemerdekaan Indonesia. Sebenarnya kita harus bisa pula menarik logika dalam persitiwa tersebut. Jepang sudah kalah, nasib pihak yang kalah sepenuhnya berada pada pihak yang menang. Sekutu sebagai pemenang perang memerintahkan Jepang untuk mempertahankan status quo di Indonesia sampai pendaratan pasukan AFNEI. Strategi Sekutu tersebut jelas, agar jika terjadi bentorkan dengan kaum nasionalis, maka Jepanglah yang akan menjadi korban dahulu, Jepang dijadikan tameng sebagai pihak yang kalah untuk merealisasikan tujuan Sekutu dalam pertemuan rahasia antar pemimpin Sekutu di Inggris mengenai pembagian Asia Timur Raya ke dalam wilayah Sekutu kembali sesudah kekalahan Jepang. Pasukan Sekutu direncanakan sebagai pembawa perdamaian, datang mencoba menjadi penengah antara perseteruan Jepang dan kaum nasionalis Indonesia sehingga kalaupun ada yang harus dibenci maka rakyat Indonesia akan membenci Jepang dan menyambut kedatangan Sekutu sehingga proses pengambialihan kekuasaan akan berjalan mudah tanpa hambatan. Walau ternyata itu tidak juga berjalan sesuai skenario Sekutu. Pihak Jepang sendiri sebenarnya sudah tidak mau tahu lagi. Bahkan Jepang terkesan sengaja membiarkan para pejuang Indonesia dengan mudahnya mengambil alih persenjataan mereka yang kemudian digunakan untuk menghadapi Sekutu. Kejatuhan markas pasukan elite Jepang sekelas Gakukotai yang terkenal berani dalam waktu singkat ke tangan pejuang Indonesia pada awal proklamasi (padahal dari segi persenjataan Jepang lebih lengkap) menunjukkan keengganan Jepang disatu sisi untuk menuruti perintah Sekutu dan dukungan disatu sisi untuk melanjutkan perlawanan terhadap pasukan Sekutu. Bahkan tidak sedikit mantan prajurit dan perwira Jepang yang memilih bergabung dengan pasukan pejuang Indonesia untuk membantu pihak Indonesia menghadapi pasukan Sekutu.
SOURCE:
https://www.facebook.com/notes/das-bumorix/fakta-jepang-yang-selama-perang-asia-timur-raya-di-indonesia-yang-tidak-banyak-d/1566407326928189

About

mein_liebe.inc. Diberdayakan oleh Blogger.

Search

Translate