WE ARE SHARE WHO WE ARE KNOW

Dalam Cengkraman Sekte Wahabi Bagian 2

Share on :
Dan tidak perlu menunggu lama untuk artikel ke 2 yang sama juga membahas tentang sekte wahabi..
Sejarah berdirinya sekte Salafi Wahabi bermula dari berdirinya Kementerian Persemakmuran (Commonwealth Ministries) di London, Inggris, dengan misi utama mempertahankan wilayah-wilayah yang telah dikuasai dan untuk menguasai wilayah-wilayah yang belum berhasil dikuasai. Ketika kementerian tersebut dibentuk pada abad 18 Masehi, Inggris merupakan negara yang menjajah banyak negara di Asia, Afrika dan Timur Tengah. Negara di Asia yang dijajah di antaranya India dan China.

Dalam buku berjudul Catatan Harian Seorang Mata-mata dan Persekongkolan Menghancurkan Islam, juga berdasarkan referensi beberapa sumber, seorang intelijen Inggris bernama sandi Hempher menjelaskan, negara-negara non muslim seperti China dan India adalah negara-negara yang relatif mudah untuk ditundukkan karena agama Hindu, Buddha dan Konghucu yang dianut oleh mayoritas rakyat kedua negara itu adalah agama-agama yang tidak mempedulikan kehidupan duniawi, sehingga rakyat di kedua negara itu cenderung kurang memiliki rasa patriotisme dan Inggris tidak menganggap mereka sebagai ancaman yang serius.Meski kala itu di India terdapat Kesultanan Islam, namun rakyat India yang majemuk, bahkan jumlah pemeluk Islam tidak sebanyak pemeluk agama Hindu, dengan cepat Kesultanan India dapat diberangus dengan beragam cara, di antaranya dengan memperalat Mirza Ghulam Ahmad untuk mendirikan sekte Ahmadiyah, sehingga umat Islam India terpecah belah dan bertikai. Ahmadiyah bahkan digunakan untuk mem-back up setiap kebijakan yang diberlakukan di negara jajahannya itu, sehingga apapun kebijakan Inggris, meski merugikan dan menyengsarakan rakyat India, Ahmadiyah mendukung dan membelanya.

Hempher mengaku, yang membuat gentar Inggris adalah negara-negara Islam, termasuk Turki yang kala itu di bawah pemerintahan Kesultanan Islam Turki ‘Utsmani, dan belum dapat dikuasai. Hempher mengaku, Inggris sebenarnya telah berhasil melemahkan kesultanan ini dengan dua cara, yakni dengan membuat perjanjian yang menguntungkan Inggris, dan membuat perjanjian rahasia dengan Iran, sehingga Iran bersedia menempatkan orang-orangnya di Turki yang dapat dikendalikan oleh Inggris. Akibat kedua siasat ini, Kesultanan Turki didera kasus korupsi, salah-urus administrasi, mengabaikan pendidikan, dan sebagainya, sehingga pemerintahan melemah dan Inggris menjuluki negara ini sebagai The Sick Man of Asia.

Namun meski Kesultanan Islam Turki ‘Utsmani melemah, Hempher mengaku kalau Inggris masih saja khawatir kepada penduduk negeri ini yang mayoritas memeluk agama Islam. Bahkan kekhawatiran ini membuat Inggris yakin kalau Kesultanan Turki baru akan runtuh dalam 100 tahun.

Hempher menyebut beberapa alasan yang membuat Inggris tetap gentar pada Kesultanan Islam Turki ‘Utsmani. Pertama, karena umat Islam sangat taat menjalankan ajaran agamanya, dan rela mati demi agamanya itu. Kedua, karena Islam adalah agama yang peduli pada masalah administrasi dan kekuasaan sehingga tak mudah dibohongi. Ketiga, karena Inggris khawatir Kesultanan Islam Turki ‘Utsmani dan pemerintah Iran mengetahui grand design yang sedang dijalankan di kedua negara itu, khususnya di Turki. Dan keempat, karena para ulama di Istambul dan Al-Azhar, juga di Irak dan Damaskus, tak mau berkompromi barang sedikit pun karena mereka tak tertarik pada kesenangan duniawi yang ditawarkan Inggris dan lebih peduli untuk meraih surga seperti janji Allah SWT., sehingga Inggris menganggap para ulama ini sebagai rintangan yang tak dapat diatasi dalam upayanya menjajah Turki.

Tak putus asa, Kementerian Persemakmuran kemudian menyelenggarakan konferensi yang tak hanya dihadiri para pejabat penting dan agamawan Inggris, tapi juga dihadiri diplomat dan agamawan Rusia dan Perancis. Hempher yang hadir dalam konferensi ini menyebut, dalam konferensi juga dibahas berbagai rencana untuk memecah-belah kaum Muslimin dalam berbagai kelompok (sekte), membuat mereka meninggalkan agamanya (murtad), dan mengkristenkannya sebagaimana yang terjadi di Spanyol. Usai konferensi, ribuan agen rahasia (intelijen) dan misionaris, termasuk Hempher, disebar ke seluruh penjuru dunia, khususnya ke negara-negara Islam yang ingin dikuasai. Hempher tegas mengatakan, misi ini dipelopori Inggris.

***

Kementerian Persemakmuran mengirim Hempher ke Mesir, Irak, Hijaz dan Istambul untuk mengumpulkan informasi dan data-data guna memecah-belah Islam. Selain Hempher, ada sembilan mata-mata lagi yang dikirim untuk melakukan misi yang sama dan pada watu yang sama pula, yakni pada 1122 H/1710 M. Sebelum berangkat, Kementerian membekali Hempher cs dengan uang, informasi tentang negara-negara dan kota-kota yang akan didatangi, peta, bahkan nama-nama pejabat, ulama, dan kepala suku di negara-negara itu agar pelaksanaan misi menjadi lebih mudah. Menteri Persemakmuran bahkan berpesan begini; “Masa depan negara kita bergantung pada keberhasilan kalian. Karena itu, kalian harus berbuat sekuat tenaga.”

Tempat pertama yang didatangi Hempher adalah Istambul, ibukota Kekhalifahan Islam Turki ‘Utsmani. Untuk menyukseskan misinya, mata-mata yang kala itu masih berusia dua puluh tahunan tersebut menggunakan nama palsu Muhammad, dan memperdalam lagi bahasa Turki yang telah dipelajarinya di London agar penyamarannya sempurna.

Di Istambul, Hempher menjalin hubungan baik dengan seorang ulama tua bernama Ahmed Efendi. Kepada ulama ini, Hempher mengaku telah yatim piatu dan datang ke Istambul selain untuk mencari pekerjaan, juga untuk mempelajari Al Qur’an dan sunnah Rasulullah Saw. Ahmed tidak curiga dan menerimanya dengan tangan terbuka. Apalagi karena Hempher melaksanakan sholat lima waktu sebagaimana layaknya muslim. Dari Ahmed lah Hempher mempelajari segala hal tentang Islam, dan semua yang diperolehnya dari Ahmed, juga dari hasil pengamatannya selama berada di Istambul, dilaporkan secara berkala kepada Kementerian Persemakmuran.

Dalam buku Catatan Harian Seorang Mata-mata dan Persekongkolan Menghancurkan Islam, Hempher menyebut kalau Kementerian menugaskan dirinya di Istambul selama dua tahun (hingga 1712 Masehi/1124 Hijriyah). Setelah masa tugas berakhir, dia diminta pulang ke London untuk memberikan laporan secara menyeluruh dan terinci. Begitupula dengan sembilan mata-mata lain yang mendapatkan misi yang sama dengannya.

Namun, jelas Hempher, termasuk dirinya, hanya enam orang saja yang pulang, karena satu dari empat orang yang tidak pulang malah memeluk Islam dan menetap di Mesir; seorang lagi pulang ke kampung halamannya karena ternyata dia adalah anggota KGB (dinas intelijen Rusia) yang ditugaskan untuk memata-matai Inggris; seorang lagi meninggal di Imrah, sebuah kota kecil di dekat Baghdad, akibat wabah penyakit yang menyerang kota itu; dan yang seorang lagi hilang tak tentu rimbanya setelah setahun menjalankan tugas.

Hempher mengaku, hasil penyamarannya di Istambul mendapatkan pujian dari Kementerian Persemakmuran, namun karena informasi yang didapatnya belum dapat mengungkap kelemahan Kekhalifahan Islam Turki ‘Utsmani, laporannya hanya diganjar sebagai laporan terbaik ketiga setelah laporan rekannya yang bernama George Belcoude (laporan terbaik pertama), dan Henry Fanse (laporan terbaik kedua). Kementerian lalu memberinya tugas kedua dengan dua misi yang harus digolkan. Pertama, menemukan berbagai titik lemah kaum muslimin dan celah-celah yang dapat digunakan untuk memecah-belah mereka, dan kedua setelah kelemahan dan celah-celah itu didapatkan, langsung dimanfaatkan untuk menimbulkan perselisihan dan perpecahan di kalangan umat Islam.

“Jika engkau berhasil dengan kedua misi ini, engkau akan menjadi agen mata-mata yang paling berhasil dan memperoleh medali penghargaan dari Kementerian Persemakmuran,” pesan Menteri Persemakmuran kepada Hempher.

Sebelum mengemban misi tugas kedua tersebut, Hempher yang kala itu berusia 22 tahun diberi cuti selama enam bulan, dan masa cuti ini dimanfaatkan untuk menikahi sepupunya, Maria Shvay yang berusia 23 tahun. Setelah masa cuti habis, dia berangkat ke Bashrah, Irak, sesuai kota yang ditunjuk Kementerian Persemakmuran untuk melaksanakan tugas keduanya. Sebelum Hempher berangkat, Menteri Persemakmuran berpesan begini kepadanya; “Wahai Hempher, ketahuilah bahwa banyak perbedaan alami di antara umat manusia sejak Tuhan menciptakan Abel (Habil) dan Cain (Qabil). Perbedaan seperti ini akan terus ada hingga kedatangan Yesus Kristus kelak. Begitupula halnya dengan perbedaan ras, suku, wilayah, kebangsaan, dan agama. Tugasmu kali ini adalah mendiagnosis berbagai kontroversi dan perbedaan ini dengan baik, serta melaporkannya kepada kementerian. Semakin berhasil engkau memperburuk dan memperparah perbedaan di antara kaum Muslim, semakin besar jasa dan pengabdianmu kepada Inggris. Kita, orang-orang Inggris, harus berbuat kerusakan dan membangkitkan perpecahan di seluruh negara jajahan kita agar mereka hidup bermewah-mewahan. Hanya dengan berbagai hasutan seperti itu kita akan bisa menghancurkan Kekhalifahan Turki ‘Utsmani. Jika tidak, bagaimana mungkin sebuah bangsa dengan jumlah populasi lebih sedikit bisa menguasai bangsa lain dengan jumlah populasi lebih banyak?”

Menteri Persemakmuran menambahkan; “Tebarkanlah benih-benih perpecahan begitu engkau mendapatkannya dengan sekuat kemampuanmu. Ketahuilah bahwa Kekhalifahan Turki ‘Utsmani dan Kekaisaran Iran telah mencapai puncak kemunduran dan kemerosotannya. Karena itu, tugas pertamamu adalah menghasut orang-orang untuk berontak melawan pihak yang berkuasa. Sejarah telah menunjukkan bahwa sumber segala jenis revolusi adalah pemberontakkan massa. Ketika kaum Muslim terpecah-belah dan tidak bersatu serta memiliki rasa senasib-sepenanggungan, mereka akan melemah dan dengan demikian kita mudah menghancurkan serta meluluhlantakkan mereka.”
Bersambung ....
Panelis - SPVW
Buku Bantu penulisan - Catatan Seorang Aswaja di Saudi Arabia

0 komentar on Dalam Cengkraman Sekte Wahabi Bagian 2 :

About

mein_liebe.inc. Diberdayakan oleh Blogger.

Search

Translate